Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Sebagian nelayan bagan di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, mulai bangkit dengan membangun kembali perangkap ikan yang ambruk akibat diterjang gelombang tinggi.
Seorang punggawa atau juragan Bagan H Ranja, di Kotabaru, Jumat mengatakan, meski belum semua sebagian nelayan sudah mulai mencoba untuk beraktivitas kembali, dan memperbaiki bagan yang ambruk.
"Bagan yang tingkat kerusakannya kecil yang diutamakan untuk diperbaiki, agar bisa segera digunakan untuk menangkap ikan," katanya.
Sementara bagan yang tingkat kerusakannya berat, tetapi dibiarkan menunggu punya modal besar untuk membangun kembali.
Meski sudah mulai beraktivitas, nelayan masih belum bisa memperoleh hasil maksimal, bahkan untuk menutupi biaya operasional membeli BBM mesin genset untuk bagan, dan BBM kapal masih belum cukup.
"Hasil ikanya masih minim, tidak sperti tahun lalu. Sejak Maret hingga September ini hasil bagan minim," terangnya.
Sebelumnya, Ketua Kelompok Pengawasan Masyarakat Nelayan (Pokwasmas) Kotabaru Abdul Mulud, mengemukakan akibat angin kencang dan gelombang tinggi menyebabkan ratusan bagan milik nelayan ambruk.
"Cuaca ekstrem yang terjadi sejak Juli terjadi angin kencang dan gelombang tinggi," ucapnya.
Sekretaris Kelompok Pengawasan Masyarakat Nelayan, Mulyadi, menambahkan selain 400 buah bagan ambruk, gelombang tinggi dan angin kencang juga menyebabkan sekitar 100 buah bagan kondisinya mereng.
"Kalau yang mereng masih bisa diperbaiki, namun yang runtuh sudah tidak bisa diapa-apakan lagi, terkecuali membangun kembali," tambahnya.
Dikatakan, jumlah bagan nelayan di Desa Gedambaan dan sarangtiung, Kecamatan Pulaulaut Utara diperkirakan 800 buah, namun dengan runtuhnya 400 bagan dan mereng sekitar 100 buah bagan maka sisa bagan yang bisa dioperasikan untuk menangkap ikan tinggal sebagian kecilnya saja.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru Muchran, mengemukakan, pihaknya belum menerima laporan ambruknya ratusan bagan milik nelayan Gedambaan dan Sarangtiung.
"Saya dulu pernah menyarankan kepada nelayan untuk membangun bagan apung, sebagai alternatif apabila terjadi gelombang tinggi dan mengantisipasi kerugian yang cukup besar," terangnya.
Dua atau tiga nelayan, lanjut Muchran, bisa bergabung untuk membangun bagan apung, karena bisa bergerak dan bisa memilih lokasi yang banyak ikannya.
Dia menjelaskan, bagan apung adalah salah satu alternatif, untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi angin kecang dan gelombang tinggi, serta memilih lokasi yang lebih banyak ikannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017
Seorang punggawa atau juragan Bagan H Ranja, di Kotabaru, Jumat mengatakan, meski belum semua sebagian nelayan sudah mulai mencoba untuk beraktivitas kembali, dan memperbaiki bagan yang ambruk.
"Bagan yang tingkat kerusakannya kecil yang diutamakan untuk diperbaiki, agar bisa segera digunakan untuk menangkap ikan," katanya.
Sementara bagan yang tingkat kerusakannya berat, tetapi dibiarkan menunggu punya modal besar untuk membangun kembali.
Meski sudah mulai beraktivitas, nelayan masih belum bisa memperoleh hasil maksimal, bahkan untuk menutupi biaya operasional membeli BBM mesin genset untuk bagan, dan BBM kapal masih belum cukup.
"Hasil ikanya masih minim, tidak sperti tahun lalu. Sejak Maret hingga September ini hasil bagan minim," terangnya.
Sebelumnya, Ketua Kelompok Pengawasan Masyarakat Nelayan (Pokwasmas) Kotabaru Abdul Mulud, mengemukakan akibat angin kencang dan gelombang tinggi menyebabkan ratusan bagan milik nelayan ambruk.
"Cuaca ekstrem yang terjadi sejak Juli terjadi angin kencang dan gelombang tinggi," ucapnya.
Sekretaris Kelompok Pengawasan Masyarakat Nelayan, Mulyadi, menambahkan selain 400 buah bagan ambruk, gelombang tinggi dan angin kencang juga menyebabkan sekitar 100 buah bagan kondisinya mereng.
"Kalau yang mereng masih bisa diperbaiki, namun yang runtuh sudah tidak bisa diapa-apakan lagi, terkecuali membangun kembali," tambahnya.
Dikatakan, jumlah bagan nelayan di Desa Gedambaan dan sarangtiung, Kecamatan Pulaulaut Utara diperkirakan 800 buah, namun dengan runtuhnya 400 bagan dan mereng sekitar 100 buah bagan maka sisa bagan yang bisa dioperasikan untuk menangkap ikan tinggal sebagian kecilnya saja.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru Muchran, mengemukakan, pihaknya belum menerima laporan ambruknya ratusan bagan milik nelayan Gedambaan dan Sarangtiung.
"Saya dulu pernah menyarankan kepada nelayan untuk membangun bagan apung, sebagai alternatif apabila terjadi gelombang tinggi dan mengantisipasi kerugian yang cukup besar," terangnya.
Dua atau tiga nelayan, lanjut Muchran, bisa bergabung untuk membangun bagan apung, karena bisa bergerak dan bisa memilih lokasi yang banyak ikannya.
Dia menjelaskan, bagan apung adalah salah satu alternatif, untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi angin kecang dan gelombang tinggi, serta memilih lokasi yang lebih banyak ikannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017