Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan akan menggelar Festival "Bamboo Rafting" atau naik rakit terbuat dari batang bambu.
Kepala Bidang Destinasi dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Hulu Sungai Selatah (HSS) Mohammad Zakir Maulidi mengemukakan itu menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Ahad.
Ia menerangkan, Festival Bamboo Rafting mengarungi Sungai Amandit HSS itu rencananya digelar November mendatang bekerja sama dengan pihak ketiga, antara lain perusahaan biro perjalanan yang menyelenggarakan kegiatan kepariwisataan.
Festival Bamboo Rafting yang bukan saja menikmati arus serta panorma Sungai Amandit, juga memperlihatkan kebolehan atau keterampilan, yang sekaligus sebagai uji nyali (keberanian) peserta dalam mengarungi jeram.
Namun laki-laki kelahiran Rabi`ul Awal atau bulan Mualid (lahir) Nabi Muhammad saw itu tidak menyebut persyaratan peserta Festival Bamboo Rafting tersebut.
Begitu pula hal-hal lain berkaitan Festival Bamboo Rafting tersebut seperti sistem penilaian serta hadiah bagi pemerang, kecuali menyatakan, mengenai itu semua atau pengumuman resmi pada Oktober mendatang.
"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HSS akan membicarakan terlebih dahulu secara matang dan seksama hal-hal yang berhubungan dengan Festival Bamboo Rafting tersebut," tuturnya lewat telepon selular (hp).
"Tetapi yang jelas, kami Pemkab HSS berupaya memasukan Festival Bamboo Rafting tersebut kalender wisata, sehingga ada kepastian atau kejelasan manakala wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) mau berkunjung ke daerah kami," demikian Zakir.
Bamboo rafting salah satu bagian wisata petulangan melalui alur sungai, yang bagi masyarakat pedalaman Pegunungan Meratus tidak asing lagi atau seakan mentradisi, seperti membawa hasil hutan serta perkebunan karet menggunakan rakit bambu (lanting paring).
Mengangkut hasil hutan atau perkebunan karet ke pasar di ibukota kabupaten tidak lagi menggunakan lanting paring seiring kemajuan sistem transportasi, karena kendaraan bermotor sudah mulai memasuki pelosok pedalaman Meratus belakangan ini.
Sebagai contoh, mobil angkutan pesedaan sudah menjangkau ibukota Kecamatan Loksado, dan sepeda motor tidak membawa orang, tetapi bisa pula untuk mengangkut berbagai hasil hutan/perkebunan sesuai kapasitasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017
Kepala Bidang Destinasi dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Hulu Sungai Selatah (HSS) Mohammad Zakir Maulidi mengemukakan itu menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Ahad.
Ia menerangkan, Festival Bamboo Rafting mengarungi Sungai Amandit HSS itu rencananya digelar November mendatang bekerja sama dengan pihak ketiga, antara lain perusahaan biro perjalanan yang menyelenggarakan kegiatan kepariwisataan.
Festival Bamboo Rafting yang bukan saja menikmati arus serta panorma Sungai Amandit, juga memperlihatkan kebolehan atau keterampilan, yang sekaligus sebagai uji nyali (keberanian) peserta dalam mengarungi jeram.
Namun laki-laki kelahiran Rabi`ul Awal atau bulan Mualid (lahir) Nabi Muhammad saw itu tidak menyebut persyaratan peserta Festival Bamboo Rafting tersebut.
Begitu pula hal-hal lain berkaitan Festival Bamboo Rafting tersebut seperti sistem penilaian serta hadiah bagi pemerang, kecuali menyatakan, mengenai itu semua atau pengumuman resmi pada Oktober mendatang.
"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HSS akan membicarakan terlebih dahulu secara matang dan seksama hal-hal yang berhubungan dengan Festival Bamboo Rafting tersebut," tuturnya lewat telepon selular (hp).
"Tetapi yang jelas, kami Pemkab HSS berupaya memasukan Festival Bamboo Rafting tersebut kalender wisata, sehingga ada kepastian atau kejelasan manakala wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) mau berkunjung ke daerah kami," demikian Zakir.
Bamboo rafting salah satu bagian wisata petulangan melalui alur sungai, yang bagi masyarakat pedalaman Pegunungan Meratus tidak asing lagi atau seakan mentradisi, seperti membawa hasil hutan serta perkebunan karet menggunakan rakit bambu (lanting paring).
Mengangkut hasil hutan atau perkebunan karet ke pasar di ibukota kabupaten tidak lagi menggunakan lanting paring seiring kemajuan sistem transportasi, karena kendaraan bermotor sudah mulai memasuki pelosok pedalaman Meratus belakangan ini.
Sebagai contoh, mobil angkutan pesedaan sudah menjangkau ibukota Kecamatan Loksado, dan sepeda motor tidak membawa orang, tetapi bisa pula untuk mengangkut berbagai hasil hutan/perkebunan sesuai kapasitasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017