Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan masyarakat setempat seharusnya melestarikan  ekosistem hutan kayu galam yang unik agar populasi kayu tersebut terjaga dengan baik.



"Produksi kayu galam kini kian menipis lantaran hutan galam terus terancam konversi lahan untuk pertanian dan permukiman," kata pengamat lingkungan hidup, Radius Ardanias Hadariah kepada ANTARA di Banjarmasin, Selasa.

Selain itu populasi galam terus menurun lantaran kayunya terus ditebang. Karena kayu galam merupakan komoditas penting di wilayah ini sebab sangat baik untuk bahan utama fondasi rumah di lahan rawa-rawa.

Lantaran berbagai kepentingan itu maka hutan galam terus menghilang, karena itu seharusnya ada upaya pelestarian dan jangan dibiarkan hutan galam terus di babat,kata Radius Ardaniah Hadairiah yang kini pejabat dilingkungan Pemko Banjarbaru itu.

Berdasarkan keterangan, kawasan rawa-rawa di pinggiran Kota Banjarmasin yang dulu berupa hutan kini sudah menjadi areal terbuka. Di berbagai lokasi yang dulu termasuk pedalaman kini sudah bertebaran perumahan yang dibangun oleh pengembang.

Sebagai contoh, di Kecamatan Gambut dan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, misalnya, yang dulu identik dengan hutan gambut yang ditumbuhi kayu galam kini sudah hampir tidak ditemukan lagi.

Areal terbuka di hutan gambut dan rawa-rawa telah membuat daerah tersebut selalu terbakar jika kemarau dan selalu tergenang banjir jika musim hujan.

Hingga kini eksploitasi kayu galam di hutan-hutan rawa-rawa dan gambut terus berlangsung marak karena galam merupakan satu-satunya kayu yang andal untuk dibuat fondasi di daerah berair.

"Musim hujan dan banjir seperti ini justru dimanfaatkan warga untuk menebang kayu galam dari hutan, penebang memanfaatkan ketinggian air banjir untuk menarik kayu dari hutan ke sungai," ujar seorang pedagang galam di Banjarmasin.

Berdasarkan keterangan pedagang kayu galam tersebut,  wilayah pensuplai kayu galam sebagian besar dari Kabupaten Barito Kuala karena di kabupaten tersebut masih banyak terdapat hutan galam.

Berdasarkan keterangan di Kabupaten Barito Kuala, bahwa komoditi itu menjadi mata dagangan penting kabupaten tersebut, namun hutan kayu ini pun kian menipis.

Pemkab setempat pernah mengatur eksploitasi kayu galam seperti hanya boleh ditebang areal tertentu dan jumlah perusahaan yang memanfaatkan kayu inipun dibatasi, dan dipungut retribusi.

Di wilayah Kabupaten ini kayu galam tumbuh di berbagai areal, termasuk di pekarangan rumah warga,karena itu sulit mengendalikan eksploitasi galam karena tanaman tersebut sudah seperti tanaman perkebunan yang bisa hidup di sembarang tempat.

Berdasarkan sebuah catatan, produksi kayu galam di Kabupaten Barito Kuala per tahun mencapai 20.000 meter kubik sehingga menjadikan kabupaten itu sebagai penghasil galam terbesar di Kalsel.

"Walaupun galam merupakan salah satu bahan baku utama pembangunan rumah di Kalsel, tetapi pelestariannya tak boleh terabaikan,"kata Radius Ardanias Hadariah./H005/B


 

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011