Semarang, (Antaranews Kalsel) - Penampilan Komunitas Banua Rantau Pencinta Sungai (Barangai) dalam pemilihan Komunitas Peduli Sungai tingkat Nasional Tahun 2017 membuat dewan juri merasa tersentuh.

Kegiatan yang dilaksana di Hotel MG Setos Semaranag Provinsi Jawa Tengah, Tim Barangai dalam persentasi yang dibawakan oleh Nurul Aina memaparkan kondisi sungai Tapin dampak banyaknya pertambangan dari hulu sungai.

"Isi perut bumi kami, batu bara dikeruk untuk menerangi Indonesia, bahkan dunia namun kami menerima dampaknya," ujar Nurul Aina dengan nada semangat.

Dijelaskan Aina, batu bara asal Tapin di bawa ke Pulau Jawa untuk menjadi energi di pembangkit listrik tenaga uap, selain itu ia juga menceritakan, batu bara yang beberapa lalu di bajak oleh pasukan militan di perairan Filipina tersebut berasal dari Kabupaten Tapin.

"Dengan banyaknya pertambangan, membuat kondisi air di Tapin menjadi memprihatinkan dan persedian air bawah tanah di Tapin menipis," ujarnya lagi.

Padahal, dikatakannya, air sungai Tapin sangat penting bagi masyarakat Tapin, selain sebagai bahan baku PDAM, juga sebagai sumber pengairan pada pertanian di Tapin.

Mendengar paparan dari Komunitas Barangai, dewan juri yang juga Ahli Hidrologi Universitas Gajah Mada DR  Agus Maryono pun merasa tersentuh dan tersentil, salah satu dewan juri membenarkan, energi listrik dari PLTU yang ada di Pulau Jawa memang kebanyak berasal dari Kalimantan Selatan.

"Kita sangat mengapresiasi apa yang disampaikan oleh sahabat Komunitas Barangai ini," ujarnya.

Selain itu, Agus dan dewan juri lainnya sangat mengapresiasi semangat dari Komunitas Barangat dalam menjaga lingkungan dalam hal perairan.

"Semoga ini semangat ini bisa di tiru oleh sahabat-sahabat komunitas lainnya," ujarnya lagi.

Pewarta: M Husein Asyari

Editor : Muhammad Husien Asy'ari


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017