Mesiwah Pare Gumboh (MPG) merupakan ritual adat panen suku Dayak Deah di Desa Liyu, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), menjadi sarana pelestarian budaya lokal sekaligus mempererat kekerabatan masyarakat.
Kepala Desa Liyu Sukri melalui keterangan tertulis di Tabalong, Provinsi Kalsel, Senin, mengatakan mengatakan Mesiwah Pare Gumboh merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap keharmonisan hidup dan berkah panen yang diberikan Tuhan YME.
Baca juga: Program "Satu Seragam Sejuta Harapan" berkah bagi Nenek Masdi
Tradisi ini berasal dari masyarakat nomaden di pedalaman, terutama Desa Liyu dan Gunung Riut.
"Mesiwah Pare Gumboh bukan sekadar pelestarian budaya namun memiliki misi penting menjaga dan merawat tradisi serta membawa misi sosial sebagai perekat kekerabatan di tengah masyarakat," jelas Sukri.
Tahun ini, MPG mengangkat tema “Meruwat Tradisi Sebagai Implementasi Ketahanan Pangan Budaya Dayak Deah”.
Tidak hanya ritual, acara ini menjadi ruang temu antar generasi dan bentuk nyata kebanggaan terhadap identitas lokal.
Masyarakat berbondong-bondong hadir karena merasa memiliki, sehingga datang untuk menjadi bagian dari perayaan budaya yang sudah tujuh tahun berjalan.
Sejak pertama kali digelar pada 2019, ketika Desa Liyu masih menyandang status desa tertinggal, perayaan ini terus tumbuh.
Baca juga: Koperasi Ponpes Miftahul Ulum jadi percontohan di Kalsel
Kini, dengan menyandang predikat sebagai Desa Mandiri, perayaan ini menjadi penanda bahwa kebudayaan tak pernah berdiri sendiri.
Hal ini berjalan seiring dengan pembangunan, dengan gotong royong sebagai roh utama.
External Relations Division Head PT Adaro Indonesia Rilando Kurniawan menyampaikan kekuatan budaya yang hidup seperti ini yang memperkuat daya tahan masyarakat.
“Melalui gotong royong hingga ritual adat, tumbuh jaringan sosial yang saling menguatkan,” ucapnya.
Adaro yang selama ini terlibat dalam penguatan komunitas, dikatakan Rilando, berkomitmen mendukung masyarakat adat dalam menjaga identitas dan sistem nilai yang mereka miliki.
“Kami percaya bahwa kebersamaan antara perusahaan, masyarakat, dan budaya lokal adalah kunci keberlanjutan yang sejati,” ujar Rilando.
Sebagai desa binaan Adaro bersama Yayasan Amanah Bangun Negeri (YABN) juga dilakukan pendampingan dan penguatan adat di Desa Liyu.
Baca juga: Siswa SD di Desa Pangelak Tabalong terima bantuan seragam
Termasuk memberikan bantuan peningkatan kapasitas kelembagaan Adat Desa Liyu dalam membentuk desa wisata budaya dan membangun beberapa fasilitas pendukung di lokasi tersebut demi memberdayakan dan meningkatkan ekonomi daerah.
Pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan, antara lain revitalisasi Balai Adat Desa Liyu, pembangunan Jembatan Gantung Wisata, pembangunan camping ground, Pos Kelompok Sadar Wisata, dermaga perahu, fasilitas untuk pengunjung seperti kelistrikan, dan peralatan maupun distribusi air bersih.
Selain pengembangan wisata, Rilando mengungkapkan program tersebut diintegrasikan dengan program tanggung jawab sosial lingkungan ekonomi Adaro Indonesia (Program Bina Desa) untuk mengembangkan budi daya penanaman padi Gogo varietas unggul di Desa Liyu.
Sekretaris Daerah Kabupaten Balangan Sufianoor mengatakan suatu daerah dan masyarakat akan kehilangan jati diri tanpa budaya.
"Pelajaran hidup berdampingan dengan alam, mengambil manfaat tanpa merusak adalah sesuatu yang diwariskan oleh leluhur dan patut terus dijaga," ungkapnya.
Baca juga: One Uniform a Million Hope program targeting students in Balangan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025
Kepala Desa Liyu Sukri melalui keterangan tertulis di Tabalong, Provinsi Kalsel, Senin, mengatakan mengatakan Mesiwah Pare Gumboh merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap keharmonisan hidup dan berkah panen yang diberikan Tuhan YME.
Baca juga: Program "Satu Seragam Sejuta Harapan" berkah bagi Nenek Masdi
Tradisi ini berasal dari masyarakat nomaden di pedalaman, terutama Desa Liyu dan Gunung Riut.
"Mesiwah Pare Gumboh bukan sekadar pelestarian budaya namun memiliki misi penting menjaga dan merawat tradisi serta membawa misi sosial sebagai perekat kekerabatan di tengah masyarakat," jelas Sukri.
Tahun ini, MPG mengangkat tema “Meruwat Tradisi Sebagai Implementasi Ketahanan Pangan Budaya Dayak Deah”.
Tidak hanya ritual, acara ini menjadi ruang temu antar generasi dan bentuk nyata kebanggaan terhadap identitas lokal.
Masyarakat berbondong-bondong hadir karena merasa memiliki, sehingga datang untuk menjadi bagian dari perayaan budaya yang sudah tujuh tahun berjalan.
Sejak pertama kali digelar pada 2019, ketika Desa Liyu masih menyandang status desa tertinggal, perayaan ini terus tumbuh.
Baca juga: Koperasi Ponpes Miftahul Ulum jadi percontohan di Kalsel
Kini, dengan menyandang predikat sebagai Desa Mandiri, perayaan ini menjadi penanda bahwa kebudayaan tak pernah berdiri sendiri.
Hal ini berjalan seiring dengan pembangunan, dengan gotong royong sebagai roh utama.
External Relations Division Head PT Adaro Indonesia Rilando Kurniawan menyampaikan kekuatan budaya yang hidup seperti ini yang memperkuat daya tahan masyarakat.
“Melalui gotong royong hingga ritual adat, tumbuh jaringan sosial yang saling menguatkan,” ucapnya.
Adaro yang selama ini terlibat dalam penguatan komunitas, dikatakan Rilando, berkomitmen mendukung masyarakat adat dalam menjaga identitas dan sistem nilai yang mereka miliki.
“Kami percaya bahwa kebersamaan antara perusahaan, masyarakat, dan budaya lokal adalah kunci keberlanjutan yang sejati,” ujar Rilando.
Sebagai desa binaan Adaro bersama Yayasan Amanah Bangun Negeri (YABN) juga dilakukan pendampingan dan penguatan adat di Desa Liyu.
Baca juga: Siswa SD di Desa Pangelak Tabalong terima bantuan seragam
Termasuk memberikan bantuan peningkatan kapasitas kelembagaan Adat Desa Liyu dalam membentuk desa wisata budaya dan membangun beberapa fasilitas pendukung di lokasi tersebut demi memberdayakan dan meningkatkan ekonomi daerah.
Pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan, antara lain revitalisasi Balai Adat Desa Liyu, pembangunan Jembatan Gantung Wisata, pembangunan camping ground, Pos Kelompok Sadar Wisata, dermaga perahu, fasilitas untuk pengunjung seperti kelistrikan, dan peralatan maupun distribusi air bersih.
Selain pengembangan wisata, Rilando mengungkapkan program tersebut diintegrasikan dengan program tanggung jawab sosial lingkungan ekonomi Adaro Indonesia (Program Bina Desa) untuk mengembangkan budi daya penanaman padi Gogo varietas unggul di Desa Liyu.
Sekretaris Daerah Kabupaten Balangan Sufianoor mengatakan suatu daerah dan masyarakat akan kehilangan jati diri tanpa budaya.
"Pelajaran hidup berdampingan dengan alam, mengambil manfaat tanpa merusak adalah sesuatu yang diwariskan oleh leluhur dan patut terus dijaga," ungkapnya.
Baca juga: One Uniform a Million Hope program targeting students in Balangan
Editor : Taufik Ridwan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025