Balangan, (Antaranews Kalsel) - Telah menjadi tradisi umat Islam di wilayah Kabupaten Balangan dan beberapa daerah di Provinsi Kalsel, untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban atau pertengahan bulan Syaban menjelang masuknya Ramadan kalender hijriyah dengan ibadah. 

Pada malam Nisfu Syaban, umat Islam khususnya di kabupaten yang berjuluk "Bumi Sanggam" ini, masyarakat memenuhi tempat-tempat ibadah seperti  masjid, musala dan langgar, guna mendirikan shalat wajib dan shalat sunat berjamaah.

Dimulai sejak Shalat Maghrib dilanjutkan dengan Shalat Hajad dan membaca Surah Yasin sebanyak tiga kali. Ibadah dilanjutkan dengan Salat Isya dan kembali dilanjutkan dengan Salat Taubat dan Salat Tasbih dan ditutup dengan  tahlilan dan doa. 

Yang lebih menarik adalah kebiasaan atau tradisi umat Islam pada malam Nisfu Syaban, warga tidak hanya melaksanakan shalat bersama, namun juga membawa masakan berupa nasi bungkus  antara tiga sampai enam bungkus nasi per keluarga.

Sebelum senja, ibu-ibu meluangkan waktu untuk memasak dan membuat nasi bungkus maupun nasi kotak yang dimasak sendiri d irumah, selanjutnya masakan tersebut dikumpulkan di tempat ibadah, dengan berbagai macam aneka masakan dan lauk pauk.

Usai melaksanakan ibadah dan tahlilan serta doa bersama, nasii tersebut kemudian dibagikan kepada seluruh jemaah untuk disantap bersama.

Makanan itu dibagikan secara acak, sehingga tidak ada yang tahu siapa dapat masakan dari siapa, bahkan besar kemungkinan juga si pembawa nasi tadi mendapatkan nasi bungkus olahannya sendiri.

Tidak peduli pejabat, pengusana atau warga biasa, semuanya sama dan semua mendapatkan pembagian makanan secara acak berupa nasi bungkus maupun nasi kotak sesuai yang sudah dibawa masing-masing warga.

Sehingga, tidak sedikit warga yang memberi ciri atau tanda bungkusan bawaannya, agar saat dibagikan, tidak mendapat masakan sendiri, dengan maksud agar merasakan masakan orang lain serta orang lain dapat pula merasakan kelezatan masakannya.

Namun, sebagian tempat ibadah ada juga yang memasak bersama dengan gotong royong pada siang harinya, dengan menggunakan kuali besar atau sering disebut kawah, sehingga kegiatan masak bersama tersebut disebut dengan "Mangawah".

Dari anak-anak hingga dewasa selalu menungu moment tersebut, sehingga pada malam nisfu syaban, bukan hanya tentang shalat wajib dan shalat sunat berjamaah, namun warga juga sekaligus saling bersilaturahmi di sela kesibukan aktivitas masing-masingi.

Malam Nisfu Syaban menjadi kesempatan bagi warga saling berkomunikasi, saling mengenal dengan para pendatang dengan warga asli setempat, sehingga tercipta suasana keakraban serta terjalinnya suasana harmonis yang membuat persatuan dan kesatuan warga semakin kokoh. 

Pewarta: Roly Supriadi

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017