Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Akhir 2016 seakan menjadi titik balik membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan setelah sejak empat tahun sebelumnya melorot pasca-anjloknya harga ekspor batu bara dari sebelumnya 150 dolar AS per ton menjadi di bawah 50 dolar AS per ton.

Triwulan III-2016 seakan mengembalikan ekonomi Kalimantan Selatan pada posisi "rebound", karena harga batu bara terus naik hingga mencapai 110 dolar AS bahkan lebih atau hampir sama dengan sebelum terjadi krisis ekonomi global pada 2012.

Berdasarkan data Bank Indonesia, membaiknya harga batu bara, membuat pertumbuhan ekonomi Kasel, yang sebelumnya hanya 3,13 persen, melonjak tajam menjadi 5,28 persen.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut secara sektoral bersumber dari meningkatnya kinerja sektor pertambangan dari -0,07 persen menjadi 4,94 persen.

Selain itu, juga peningkatan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta industri yang tumbuh 7,63 persen dari sebelumnya 6,91 persen dan pertanian tumbuh 9,5 persen dari sebelumnya 0,02 persen.

Sedangkan dari sektor permintaan, pertumbuhan ekonomi bersumber dari pertumbuhan komponen ekspor yang tumbuh 41,94 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 0,45 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan mengatakan, momentum "rebound" harga batu bara dalam jangka pendek dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan.

Namun demikian, sektor tersebut tidak dapat dijadikan penopang untuk jangka menengah dan jangka panjang, karena diprediksi kenaikan tersebut tidak akan bertahan lama.

Hal itu mengingat, adanya kesepakatan "The Paris Agreement", yang terdiri dari 75 negara di dunia, yang telah menyepakati untuk mengurangi polusi yang berasal dari karbon, khususnya untuk negara-negara seperti Tiongkok, AS dan India, yang nota bene merupakan negara tujuan ekspor tertinggi Kalsel.

Selain itu, banyak negara, kini lebih memilih dan mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan dibandingkan energi fosil, sehingga batu bara tidak dapat dijadikan penopang ekonomi jangka panjang, disamping cadangan batu bara juga sangat terbatas.

Pada triwulan I-2017 perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, didorong oleh berlanjutnya perbaikan ekspor sejalan dengan outlook harga batu bara yang kembali membaik.

Meski peningkatan permintaan belum solid, Tiongkok ke depan masih lebih memilih untuk mengimpor batu bara untuk kebutuhan energinya. Permintaan dari negara alternatif khususnya kawasan ASEAN dan Asia Timur (Taiwan dan Korea Selatan) juga diprakirakan meningkat setelah akselerasi pertumbuhan ekonomi tertahan pada 2016.

Beroperasinya sejumlah PLTU baru di regional dan Kalimantan pada 2017, juga mendorong penyerapan domestik batu bara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan mendatang juga akan ditopang oleh peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi.

Berbagai indikator, membaiknya sektor tambang pada akhir triwulan III-2016, juga membawa pengaruh positif bagi tenaga kerja di Kalimantan Selatan. Sinyal positif tersebut selaras dengan naiknya angka indeks penghasilan yang tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Kesempatan Kedua

Kenaikan harga batu bara pada posisi "rebound" seakan menjadi kesempatan kedua bagi warga Kalimantan Selatan yang diberikan dunia, untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, sebesar-besarnya bagi rakyat daerah ini.

Perlu kerja keras dan upaya serius dari seluruh pihak, untuk memanfaatkan momentum membaiknya harga batu bara, apakah warga Kalsel akan kembali terlena dengan manisnya iming-iming melimpahnya hasilnya batu bara, kemudian terperosok kembali ke lubang yang sama atau menjadi awal kebangkitan sektor-sektor lain, yang selama ini hanya dipandang sebelah mata, untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

Anjloknya harga tambang batu bara di tingkat global yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan terjun bebas, ternyata membawa hikmah luar biasa bagi masyarakat di daerah ini.

Ketika batu bara tidak lagi menguntungkan, pemerintah dan masyarakat mulai berpikir untuk menggali pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, seperti pariwisata, industri kreatif dan UMKM mulai dibenahi secara serius.

Begitu juga dengan sektor pertanian dan hortikultura, yang sebelumnya tidak pernah dilirik, kini sektor tersebut mulai menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Hasilnya, hanya dalam hitungan bulan, pertanian Kalimantan Selatan melesat bak meteor yang tidak tertahan lagi. Gairah masyarakat mengembangkan sektor ini seakan mengubah haluan pembangunan perekonomian Kalsel, yang sebelumnya mengandalkan kemampuan sumber daya alam berupa batu bara ke sektor ramah lingkungan ini.

Berbagai komoditas pertanian, yang sejak ratusan tahun dikirim dari berbagai provinsi di Indonesia, seperti bawang merah, cabai, sayur mayur dan lainnya, kini mulai dikembangkan di daerah ini.

Hasilnya, kini petani, banyak yang mendadak menjadi jutawan, seiring dengan berubahnya paradigma atau pola pikir dalam pengembangan pengelolaan sektor pertanian, yang awalnya hanya fokus pada padi menjadi pertanian hortikultura.

Seperti petani di Kabupaten Tapin, hanya dalam waktu dua bulan mereka mampu mengantongi keuntungan bersih hasil pertanian minimal Rp70 juta per hektare.

Hal tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh Sukarlis (51) warga Desa Shabah, Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin, yang sukses membudidayakan pertanian bawang merah sejak 2012.

"Awalnya saya coba-coba saja dengan membeli bawang konsumsi di pasaran sebanyak satu kuintal, untuk dijadikan bibit," ujarnya.

Bawang tersebut, ia tanam di lahan seluas satu borongan atau sekitar 280 meter persegi. Setelah mengalami proses uji coba yang cukup lama, akhirnya bibit bawang yang ditanam sebanyak satu kwintal tersebut bisa menghasilkan hingga enam kwintal dengan tingkat keberhasilan 80 persen.

Sukarlis hanyalah satu dari ratusan petani, yang kini mulai menikmati hasil pertanian di daerah ini, yang kini mulai berlomba untuk mengembangkan berbagai sektor pertanian lainnya.

Ibarat gayung bersambut, gelora masyarakat untuk mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai sektor ini, mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat, provinsi dan daerah, melalui kebijakan-kebijakan pembangunan yang banyak diarahkan di sektor pertanian dan pariwisata.

Bila gelora tersebut terus digaungkan, maka tidak menutup kemungkinan, Kalimantan akan mampu menjelma menjadi raksasa distributor pertanian nasional bahkan mungkin global, sebagaimana yang disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang sejak beberapa tahun terakhir, rajin ke Kalimantan.

Daerah yang subur, dengan berbagai keunikan tanaman lokal yang tidak bisa didapatkan di daerah lain, potensi lahan yang sangat luas yang baru sebagian kecil dimanfaatkan, potensi laut dan sungai melimpah, yang juga belum digarap dengan baik, diyakini akan membawa masyarakat daerah ini menjadi masyarakat agraris sekaligus masyarakat maritim, yang sejahtera secara merata.

Asalkan masyarakat dan pemerintah tidak lagi tergiur oleh surga batu bara yang kini kembali menggoda dan melenakan setiap orang untuk kembali membelokkan haluan pertumbuhan ekonomi, yang lebih mudah dan cepat menghasilkan tersebut.

Posisi "rebound" harga batu bara, harus menjadi momentum bagi seluruh pihak terkait di daerah ini, bahkan pengusaha batu bara untuk mempercepat peningkatkan pembangunan infrastruktur mendukung pertumbuhan sektor lain.

Momentum ini, harus bisa dimanfaatkan untuk menjadi modal bagi pengembangan sektor industri hulu hingga hilir, sehingga suatu saat batu bara, tidak akan lagi membuat masyarakat Kalsel berpaling untuk kembali mengeruknya.

Saatnya Kalsel mengubah haluan pertumbuhan ekonomi dari hanya mengandalkan pertambangan dan mensejahterakan segelintir orang saja menjadi pusat perutmbuhan ekonomi yang lebih sejuk, berkeadilan, dan membawa nilai-nilai luhur pengembangan sumber daya manusia.

Terbukti tumbuhnya industri tambang batu bara, selalu seiring dengan kehancuran lingkungan dan kekerasan di pusat-pusat pertambangan.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017