Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengutuk keras pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dengan menyebut peristiwa itu merusak prospek untuk mengakhiri konflik di Gaza.

"Kami mengutuk keras serangan ini, yang mengakibatkan kematian Bapak Haniyeh. Tindakan seperti itu merusak upaya untuk membangun perdamaian di kawasan dan dapat secara signifikan mengganggu stabilitas situasi yang sudah tegang," kata Peskov di Moskow pada Rabu.

Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut serangan itu sebagai "pembunuhan politik."

Dalam jumpa pers di Moskow, Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Andrey Nastasyin mengatakan serangan itu terjadi saat Haniyeh berada di Iran untuk pelantikan resmi Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

"Para dalang pembunuhan politik ini jelas menyadari dampak buruk yang dapat ditimbulkan tindakan ini bagi kawasan tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa pembunuhan Ismail Haniyeh akan sangat mengganggu negosiasi tidak langsung yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel, yang difokuskan pada pembentukan kondisi gencatan senjata yang dapat diterima bersama di Jalur Gaza," kata Nastasyin.

Ia lebih lanjut meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak melakukan tindakan yang dapat memicu eskalasi kekerasan yang dramatis dan konflik bersenjata berskala besar di Timur Tengah.

Rabu pagi, Hamas mengumumkan bahwa Ismail Haniyeh tewas dalam serangan udara Israel di kediamannya di Teheran.

Televisi Pemerintah Iran mengonfirmasi kematian Haniyeh, dengan mengatakan penyelidikan sedang dilakukan dan hasilnya akan segera dirilis.

Sementara itu, Israel belum membuat pernyataan resmi mengenai serangan udara terhadap kediaman Haniyeh di Teheran.

Baca juga: Rusia sebut gugurnya Haniyeh pembunuhan politik yang tak bisa diterima
Baca juga: Rusia: Perang Israel di Jalur Gaza sama saja dengan hukuman kolektif
Baca juga: Putin: Di Gaza bukan perang, tapi pemusnahan penduduk sipil


Sumber: Anadolu

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024