Batulicin, (AntaranewsKalsel) – Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, mengadakan temu teknis penyuluh pertanian di Balai Badan Penyuluh Pertanian Perkebunan Perikanan dan Kehutanan (BP4K) di Desa Segumbang Kecamatan Batulicin.

"Kegiatan temu teknis penyuluh pertanian diikuti oleh seluruh mantri tani, petani di Kecamatan Batulicin, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)," kata Kepala Dinas Tanaman pangan dan Peternakan (Distanpanak) Tanbu Abdul Karim, di Batulicin.

Ia mengatakan, dilaksanakanya temu tekhnis penyuluh pertanian dalam rangka mendukung tercapainya percepatan peningkatan produksi padi di Kabupaten Tanah Bumbu.

Produksi padi di Tanbu sebanyak tiga sampai empat ton/ha. Kedepan produksi padi tersebut diharapkan mampu mencapai angka 10 sampai 12 ton/ha.

“Melalui kegiatan temu penyuluh ini, kita akan menambah pengetahuan dan wawasan para penyuluh pertanian di Kabupaten Tanah Bumbu dengan mendatangkan narasumber dari Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan.

Kabupaten Banteang sendiri telah berhasil mempercepat produksi padi dari empat ton/ha menjadi 12 ton/ha," ujarnya.

Abdul Karim yang didampingi Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura, Zainal Abidin menambahkan, transfer ilmu ini sangat perlu untuk dilakukan mengingat kemajuan tekhnologi yang diterapkan Kabupaten Bantaeng mampu meningkatkan perekonomian masyarakat petani di daerah tersebut.

Berhasilnya meningkatkan produksi padi Kabupaten Bantaeng tidak terlepas dari adanya dukungan pemerintah daerah dan para petani dengan melaksanakan gerakan sistem tanam legowo 2 1.

"Dengan sistem tanam legowo dapat menghindari hama tanaman yang menjadi momok bagi para petani. Dan produksi pun meningkat," tambahnya.

Adapun beberapa keunggulan sistem tanam legowo 2 1 yakni jumlah anakan/rumpun tanaman akan bertambah sebanyak 30 persen, seluruh padi di pinggir sehingga penyinaran matahari menjadi optimal, sirkulasi udara akan lebih lancar dan optimal sehingga mengurangi resiko penyakit akibat jamur dan bakteri, mudah dalam pemeliharaan, mengendalikan hama tikus, serta meningkatkan produktifitas hasil panen hingga tujuh sampai 15 persen.

"Beberapa transfer ilmu yang ingin diketahui diantaranya industry pengolahan hasil pertanian, industry pengemasan hasil pertanian, produksi bibit benih serta mengatasi permasalahan kelangkaan pupuk dengan membangun gudang pupuk dengan memproduksi sendiri pupuk Slow Release Fertilizet (SRF) dan yang lain, " tuturnya.

Pewarta: Sujud Mariono

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016