Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Dinas Peternakan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, mewaspadai masuknya hewan kurban yang terjangkit penyakit menular akut dan mematikan, yakni antraks.
"Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas," kata Kepala Dinas Peternakan Kotabaru H Abdul Hamid melalui Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner drh Sidiq Adisusilo di Kotabaru, Rabu.
Dia mengatakan, sekitar 50 persen dari sekitar 500 ekor sapi untuk hewan kurban di Kotabaru dipasok dari luar daerah, terutama Sulawesi, daerah tersebut endemis penyakit antraks.
Atas dasar itulah, Dinas Peternakan Kotabaru menyusun langkah strategi, di antaranya program Biosecurity atau rancangan praktis untuk mencegah penyebaran penyakit ke dalam farm, dengan cara melakukan menjaga fasilitas yang dapat memperkecil lalu lintas organisme biologis (virus, bakteri, hewan dan yang lainnya).
Biosecurity dengan melakukan penyemprotan desinfektan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Dinas Peternakan juga melakukan tindakan antemortem dan postmortem, yakni memeriksa kondisi fisik hewan, tanggal lahir/umur, tubuh hewan, dan memeriksa organ tubuh hewan setelah dipotong, seperti hati, paru-paru, usus serta organ dalam lainnya.
Pemeriksaan antemortem dilakukan saat hewan kurban masih di kandang dan belum dipotong, namun untuk pemeriksaan postmortem dilakukan setelah hewan kurban dipotong tempat pemotongan.
Sidiq menjelaskan, biasanya hewan sapi yang dikirim dari Sulawesi sudah melalui pemeriksaan karantina, hal itu dibuktikan dengan surat bebas antraks atau penyakit lain dari daerah asal sapi.
Sapi-sapi yang didatangkan dari Sulawesi berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh karantina sudah terbebas dari penyakit antraks, namun demikian tidak salah apabila Dinas Peternakan tetap berjaga-jaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, persediaan hewan kurban di Kotabaru yang terpantau Dinas Peternakan setempat sekitar 337 ekor, hampir 90 persen dari jumlah tersebut didatangkan dari Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Tanah Bumbu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
"Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas," kata Kepala Dinas Peternakan Kotabaru H Abdul Hamid melalui Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner drh Sidiq Adisusilo di Kotabaru, Rabu.
Dia mengatakan, sekitar 50 persen dari sekitar 500 ekor sapi untuk hewan kurban di Kotabaru dipasok dari luar daerah, terutama Sulawesi, daerah tersebut endemis penyakit antraks.
Atas dasar itulah, Dinas Peternakan Kotabaru menyusun langkah strategi, di antaranya program Biosecurity atau rancangan praktis untuk mencegah penyebaran penyakit ke dalam farm, dengan cara melakukan menjaga fasilitas yang dapat memperkecil lalu lintas organisme biologis (virus, bakteri, hewan dan yang lainnya).
Biosecurity dengan melakukan penyemprotan desinfektan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Dinas Peternakan juga melakukan tindakan antemortem dan postmortem, yakni memeriksa kondisi fisik hewan, tanggal lahir/umur, tubuh hewan, dan memeriksa organ tubuh hewan setelah dipotong, seperti hati, paru-paru, usus serta organ dalam lainnya.
Pemeriksaan antemortem dilakukan saat hewan kurban masih di kandang dan belum dipotong, namun untuk pemeriksaan postmortem dilakukan setelah hewan kurban dipotong tempat pemotongan.
Sidiq menjelaskan, biasanya hewan sapi yang dikirim dari Sulawesi sudah melalui pemeriksaan karantina, hal itu dibuktikan dengan surat bebas antraks atau penyakit lain dari daerah asal sapi.
Sapi-sapi yang didatangkan dari Sulawesi berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh karantina sudah terbebas dari penyakit antraks, namun demikian tidak salah apabila Dinas Peternakan tetap berjaga-jaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, persediaan hewan kurban di Kotabaru yang terpantau Dinas Peternakan setempat sekitar 337 ekor, hampir 90 persen dari jumlah tersebut didatangkan dari Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Tanah Bumbu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016