Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Barito Kuala (DPPKBP3A Batola) Hj Harliani memaparkan data stunting dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menjadikan Barito Kuala urutan pertama tertinggi stunting di Kalsel.
"Prestasi yang tidak dapat dibanggakan ini menjadi target kerja keras Batola untuk menurunkan stunting di bawah 14 persen di tahun 2024," ujar Hj Harliani mewakili Sekda Batola, pada paparan delapan Aksi Konvergensi Stunting oleh masing-masing kabupaten/kota se Kalsel, di Aula Bappeda Kalsel, Selasa.
Menurut dia, sepanjang tahun 2022 Batola telah melaksanakan sejumlah rembuk stunting yang menghasilkan intervensi langsung ke target sasaran data stunting.
Anggaran untuk intervensi stunting tahun 2022, jelas dia, sebesar Rp30 miliar dengan 18 sub kegiatan.
"Anggaran yang kita keluarkan untuk stunting memang tidak sebesar kabupaten kota lainnya," terangnya.
Karena, sebut dia, disesuaikan dengan APBD masing-masing kabupaten/kota.
"Dengan anggaran cukup besar itu kita sudah menjalankan berbagai program intervensi spesifik dan sensitif salah satunya permata bunda yaitu pemberian makanan bergizi secara langsung" tutur Kepala DPPKBP3A Batola.
Berdasarkan data real stunting Batola di Dinas Kesehatan, terang dia, yang telah melakukan survei ulang terhadap lokus-lokus stunting dari hasil SSGI, sebanyak 7.666 balita dengan alat elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPBGM) didapatkan 9,21 persen atau 726 Balita stunting di Batola.
Kadinkes Batola dr Hj Azizah Sri Widari mengatakan, pihaknya sudah memegang data by name by address anak stunting.
"Kepala desapun tidak boleh tidak tahu ada anak stunting di desanya dan kita fokus intervensi data stunting by name by address tersebut," tegasnya.
Pada tahun 2023, sambung dia, sudah menjalankan program Bapak Bunda Asuh Anak Stunting.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Prestasi yang tidak dapat dibanggakan ini menjadi target kerja keras Batola untuk menurunkan stunting di bawah 14 persen di tahun 2024," ujar Hj Harliani mewakili Sekda Batola, pada paparan delapan Aksi Konvergensi Stunting oleh masing-masing kabupaten/kota se Kalsel, di Aula Bappeda Kalsel, Selasa.
Menurut dia, sepanjang tahun 2022 Batola telah melaksanakan sejumlah rembuk stunting yang menghasilkan intervensi langsung ke target sasaran data stunting.
Anggaran untuk intervensi stunting tahun 2022, jelas dia, sebesar Rp30 miliar dengan 18 sub kegiatan.
"Anggaran yang kita keluarkan untuk stunting memang tidak sebesar kabupaten kota lainnya," terangnya.
Karena, sebut dia, disesuaikan dengan APBD masing-masing kabupaten/kota.
"Dengan anggaran cukup besar itu kita sudah menjalankan berbagai program intervensi spesifik dan sensitif salah satunya permata bunda yaitu pemberian makanan bergizi secara langsung" tutur Kepala DPPKBP3A Batola.
Berdasarkan data real stunting Batola di Dinas Kesehatan, terang dia, yang telah melakukan survei ulang terhadap lokus-lokus stunting dari hasil SSGI, sebanyak 7.666 balita dengan alat elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPBGM) didapatkan 9,21 persen atau 726 Balita stunting di Batola.
Kadinkes Batola dr Hj Azizah Sri Widari mengatakan, pihaknya sudah memegang data by name by address anak stunting.
"Kepala desapun tidak boleh tidak tahu ada anak stunting di desanya dan kita fokus intervensi data stunting by name by address tersebut," tegasnya.
Pada tahun 2023, sambung dia, sudah menjalankan program Bapak Bunda Asuh Anak Stunting.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023