Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terus berupaya memperjuangkan agar pemerintah pusat kembali membuka ekspor rotan ke beberapa negara importir yakni Tiongkok, Jepang, dan beberapa negara Eropa lainnya.


Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor di Banjarmasin, Senin, mengatakan, beberapa pengusaha dan petani rotan mengeluhkan kebijakan pusat menutup keran ekspor rotan, yang telah membuat ribuan petani rotan di daerah ini kehilangan mata pencaharian.

"Kita bakal membantu petani rotan dengan meminta ke pemerintah pusat agar ekspor rotan kembali dibuka," katanya.

Menurut Sahbirin, pihaknya akan kembali mendiskusikan persoalan tersebut dengan pihak-pihak terkait, untuk memastikan langkah-langkah yang harus ditempuh dan upaya untuk membantu petani mengatasi keterpurukan harga rotan.

Sekjen Perkumpulan Petani, Pedagang, dan Industri Rotan Kalimantan (Peppirka) Irwanriadi mengungkapkan, akibat kebijakan larangan ekspor rotan oleh pemerintah pusat tersebut, kini harga rotan turun drastis.

Sebelumnya, harga rotan di tingkat petani mencapai Rp4.000-Rp5.000 per kilogram, kini tinggal Rp750 per kilogram, itu pun dengan pembayaran yang selalu tersendat.

"Saat ini rotan tidak ada harganya, hanya Rp750 per kilogram, itu pun dibayar dengan `insyaallah, bila ingat, kalau tidak ingat, bisa tidak dibayar sama sekali," katanya.

Kondisi tersebut, kata dia, membuat para petani rotan kini memilih menjual lahannya ke perusahaan tambang batu bara maupun perkebunan sawit.

Untuk menyambung hidup, kini petani memilih menjadi buruh perkebunan maupun lainnya, asalkan bisa untuk menghidupi keluarganya.

"Kondisi tersebut tentu sangat disayangkan, dari sektor kelestarian lingkungan, batu bara bukanlah sumber daya alam yang bisa diperbaiki, berbeda dengan rotan, bisa terus ditanam dan terus tumbuh," katanya.

Sebelumnya, petani rotan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan berharap pemerintah kembali membuka izin ekspor rotan mentah ke berbagai negara walaupun dengan pembatasan pengiriman sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan.

Beberapa petani rotan yang ditemui di Banjarmasin mengatakan, sejak diberlakukannya larangan ekspor rotan beberapa tahun lalu, produksi rotan petani anjlok, begitu juga dengan harga jualnya.

Salah seorang petani rotan asal Kalimantan Tengah Askah ditemui di Pelabuhan RK Ilir mengungkapkan, saat ini harga rotan rata-rata hanya sekitar Rp150 ribu per kuintal, turun dari sebelumnya mencapai Rp250 ribu per kuintal.

Kondisi tersebut diperparah dengan anjloknya permintaan terhadap rotan. Saat larangan ekspor rotan belum direalisasikan, permintaan rotan bisa mencapai 700 ton per minggu, namun kini hanya berkisar 20-50 ton per minggu.

"Terus terang, petani rotan di Kalimantan Tengah kini banyak kehilangan mata pencaharian, karena sebagian besar warga di daerah kami adalah petani rotan," katanya.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016