Amuntai, (Antaranews.Kalsel) -Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan tidak bisa melihat fenomena gerhana matahari total karena cuaca mendung berawan.

Padahal moment yang kabarnya terjadi setiap 370 tahun sekali ini sangat dinantikan masyarakat Hulu Sungai Utara yang daerahnya termasuk salah satu yang  dilintasi gerhana matahari total di Wilayah Kalimantan Selatan disamping Kabupaten Tabalong dan Balangan.

Saat gerhana matahari total terjadi sekitar pukul 08.20 wita masyarakat hanya merasakan suasana mendadak menjadi gelap seperti senja dan malam hari ketika  gerhana terjadi.

"Sayang sekali tidak bisa melihat gerhana, padahal sangat ingin melihat karena peristiwa seperti ini tidak mungkin bisa terulang lagi seumur hidup saya," ujar Adi Warga murung Sari Amuntai, Rabu.

Adi berkata, warga lain yang sudah membeli kaca mata untuk melihat gerhana juga kecewa, karena sudah membeli kaca mata cukup mahal Rp25 ribu hingga Rp35 ribu.

Peristiwa gerhana matahari total sendiri terjadi cukup suingkat hanya sekitar 2 menit 15 detik, berangsur suasana Kota Amuntai kembali terang.

Sebagian masyarakat menyambut gerhana matahari dengan menggelar sholat sunah berjama'ah di mesjid dan mushola seperti yang dilaksanakan di Mesjid Raya At-Taqwa dan Mesjid Al Jihad di Kota Amuntai.

Bupati Abdul Wahid dan Wakil Bupati Husairi Abdi beserta pejabat, alim ulama dan tokoh masyarakat mengikuti sholat gerhana di Mesjid Raya At Taqwa.

Sementara warga Muhammadiyah juga tidak ketinggalan menggelar sholat berjama'ah di Mesjid Al Jihad Palampitan.

Bupati Abdul Wahid meminta masyarakat untuk menyikapi peristiwa gerhana dengan rasa iman dan syukur karena dibalik fenomena alam yang luar biasa ini menunjukan kekuasaan dan kasih sayang Allah kepada manusia. 

Pemeritah Daerah menyediakan satu buah teropong hilal di sekitar bundaran Kota Amuntai bagi masyarakat yang ingin melihat peristiwa gerhana.

Saat menjelang gerhana terjadi, berdasarkan pantauan suasana jalan di Kota Amuntai nampak lengang, sebagian warga yang tidak ikut sholat berjama'ah lebih memilih berdiam dirumah sambil menonton tayangan televisi disamping karena banjir masih menggenangi sebagian lokasi di Kota Amuntai.
"Takut keluar rumah, katanya tidak boleh menatap langsung," kata Masri Warga Palampitan.

Masri mengaku terpaksa tidak membeli kaca mata gerhana karena harganya yang dirasa cukup mahal.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Eddy Abdillah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016