Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Seorang Dosen STKIP PGRI Banjarmasin Jurusan Pendidikan Biologi, Syahbuddin  M Pd, memperkirakan pada tahun 2020 hutan di Provinsi Kalimantan Selatan tidak ada lagi karena dari tahun ke tahun terus menunjukan penurunan akibat kebakaran dan perambahan untuk perluasan perkebunan serta  pertambangan.


"Tahun 2020 hutan di Provinsi Kalimantan Selatan tidak ada lagi hutan," kata Syahbuddin saat menyampaikan materi seminar internal "Biodiversitas Kalimantan Selatan dalam Perspektif Pendidikan Biologi" dihadiri sekitar 316 mahasiswa dan mahasiswi di aula Kampus STKIP PGRI Banjarmasin, Sabtu (27/2).

Menurutnya karena dari tahun ke tahun hutan di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus menunjukan penurunan akibat kebakaran dan perambahan untuk perluasan perkebunan dan pertambangan. Bahkan dia menujukkan trend penurunan jumlah hutan atau laju deforestasi dimulai sejak tahun 1950-2020 dimana nampak dalam peta tahun 1950-han pulau Kalimantan masih terlihat hijau karena hutan yang masih lebat.

Namun pada 1985 sudah terlihat beberapa gunung di Meratus yang gundul karena penebangan kayu untuk industri hingga sekitar 15 tahun berikutnya atau 2010 hutan sisa sedikit akibat perkebunan dan tambang.

"Maka sekitar 10 tahun kedepan hutan di pegunungan Meratus sudah tak ada, penyebabnya ya karena nafsu manusia," ujar dosen penyuka desain grafis itu.

Dia menambahkan secuil area hutan di pegunungan Meratus itu terancam musnah karena sekarang ini terus terjadi perluasan perkebunan kelapa sawit, karet bahkan pertambangan batu baru.

Namun walau pesemistis dengan keberadaan hutan di Kalsel beberapa tahun kedepan, syahbuddin masih punya asa untuk bisa mempertahankan atau memperlambat kerusakan hutan lebih parah dengan mengubah pradigma tentang hutan yang diyakini sebagai penghasil oksigen dan sumber air bersih itu.

Dia mencontohkan tindakan kecil yang bernilai kearifan terhadap lingkungan, seperti tidak memelihara satwa liar, tidak melakukan eksploitasi yang berlebihan, giat melakukan kampanye hijau, membiasakan peduli lingkungan serta berbagai green action lainnya.

Seminar "Biodiversitas Kalimantan Selatan dalam Perspektif Pendidikan Biologi" menghadirkan dua pembicara selain Syahbuddin ada Fujianor Maulana M Si, dengan materi "Bioindikator dan Kerarifan Lokal.Membahas Biodiversitas Flora dan Fauna sub bahasan Bioindikator dan Kearifan Lokal.

Usai dua penyajian tersebut para mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya yang disambut antusias oleh peserta yang sejak pukul 09.30 Wita sudah memenuhi ruang aula STKIP PGRI.

Menurut laporan panitia, seminar kali ini banyak dihadiri mahasiswa dan terbilang sukses, dibandingkan seminar yang sudah pernah dilakukan.

Ketika hal ini ditanyakan kepada Syahbuddin, dikatakann bahwa bahan yang dihimpun untuk seminar tersebut merupakan rujukan ujian bagi mahasiswa semester akhir.

"Pasalnya sebagian besar bahan-bahan yang diseminarkan adalah hasil penelitian di pegunungan Meratus bersama sejumlah mahasiswa tahun 2015 yang tergabung STKIP PGRI Banjarmasin Biology Club (SBBC).

Disinggung mengenai kepemimpinan Gubernur Kalsel H Sahbirin dan Wakil Gubernur H Rudy Resnawan terhadapat keberlangsungan pegunungan Meratus, Syahbuddin berharap agar tidak ada lagi eksploitasi dengan alasan apapun, dan sebaliknya mendukung pegunungan Meratus menjadi taman nasional.

Seminar yang dipandu Desi Marwati dan Rina tersebut sebelumnya dibuka secara resmi oleh Ketua Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Banjarmasin, Dr.Ramdiah M Pd, yang menyabut baik dengan adanya seminar tersebut.(f)   

Pewarta: Asmuni Kadri

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016