Jakarta, (Antaranews Kalsel) - Bank Indonesia masih mengkaji kemungkinan dikeluarkannya kebijakan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi global, khususnya jelang pengumuman hasil pertemuan The Fed.


"Kami melihat masih ada ruang pelonggaran moneter dan tentu kondisi global perlu kita perhatikan," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di sela-sela gelaran Mandiri Economic Forum di Jakarta, Selasa.

Bank sentral AS The Fed sendiri telah melakukan pertemuan kebijakan moneter dua hari pada Selasa (26/1) lalu dan akan merilis sebuah pernyataan pada Rabu ini.

Namun, The Fed diproyeksikan belum akan menaikkan suku bunga acuannya (Fed fund rate) setelah menaikkan suku bunga pada Desember 2015.

BI sendiri menyatakan akan merespon hasil pertemuan The Fed tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu indikator kajian untuk menentukan kebijakan moneter ke depan.

"Ini (pelonggaran moneter) hanya bisa kami lakukan setelah kami lakukan kajian dari indikator ekonomi dan akan disampaikan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18 Februari mendatang," ujar Agus.

Agus juga menambahkan, kebijakan pelonggaran moneter tidak hanya semata-mata dilakukan melalui penyesuaian BI rate, melainkan juga dapat dalam bentuk pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh BI.

"Sesuai dengan hasil RDG yang terakhir, kami masih melihat ada ruang untuk pelonggaran moneter dan itu tentu bisa dalam bentuk berbagai instrumen. Bisa GWM ataupun penyesuaian policy rate," kata Agus.

Pada RDG 13-14 Januari 2016 lalu, BI memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,25 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,25 persen dan Lending Facility pada level 7,75 persen.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016