Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pungutan liar (pungli) yang dilakukan warga dibeberapa dermaga di Banjarmasin dikeluhkan oleh pengunjung objek wisata dan para supir kelotok karena terasa memberatkan.
Salah satu supir kelotok yang setiap hari membawa penumpang jurusan Banjarmasin-Pasar Terapung Lok Baintan di Banjarmasin, Minggu menyebutkan pungutan yang diminta oleh penjaga dermaga bervariasi antara Rp10.000-Rp15.000/kelotok.
"Para pemungut jasa sandar kelotok itu terkesan memaksa, padahal hanya sebentar dan tidak ada ketentuan harus bayar bila sandar," kata pria yang tak bersedia menyebutkan namanya itu.
Menurutnya dermaga yang sering ada pungli diantaranya dermaga Surgi Mufti di Sungai Jingah dan Museum Waja Sampai Kaputing (Wasaka)di samping Jembatan Sungai Andai.
Dijelaskan para pemungut sandar kelotok itu terdiri dua-tiga orang yang berasal dari daerah setempat yang tidak mempunyai pekerjaan bahkan terkesan seperti preman.
"Pernah suatu hari saya membawa pejabat dan anggota TNI mengunjungi Wasaka mereka tak segan-segan memungut biaya sandar, seharusnya mereka malu atau takut ketahuan pejabat atau aparat melakukan pungli, kata pria yang sudah puluhan tahun jadi supir kelotok tersebut.
Rasa tidak senang juga disampaikan Jani, salah satu wisatawan pengguna jasa angutan sungai tersebut karena hal itu menurutnya bisa mengurangi pendapatan para supir kelotok.
"Selain merugikan para supir juga bisa membuat wisatawan jera datang ke tempat objek wisata yang ada disepanjang Sungai Martapura," kata Jani.
Ketika hal ini dikonfirmasi pada Dinas terkait, Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Banjarmasin, Khuzaimi mengatakan pungli di sejumlah dermaga kelotok tersebut ilegal, karena pihaknya tidak pernah memberikan izin apapun pungutan pengguna dermaga.
"Ini nantinya akan kami tertibkan, dan aprisiasi bagi warga yang sudah menyampaikan adanya pungli, sebab ini bisa manjadi nilai negatif pelayanan wisata di Banjarmasin.
Menurutnya dinas pariwisata Banjarmasin selalu menjunjung prinsif Sapta Pesona, diantaranya setiap wisatawan harus membawa kesan positif setelah datang berwisata, atau kesan sebaliknya yaitu negatif yang akhirnya wisatawan tidak datang lagi.(e)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Salah satu supir kelotok yang setiap hari membawa penumpang jurusan Banjarmasin-Pasar Terapung Lok Baintan di Banjarmasin, Minggu menyebutkan pungutan yang diminta oleh penjaga dermaga bervariasi antara Rp10.000-Rp15.000/kelotok.
"Para pemungut jasa sandar kelotok itu terkesan memaksa, padahal hanya sebentar dan tidak ada ketentuan harus bayar bila sandar," kata pria yang tak bersedia menyebutkan namanya itu.
Menurutnya dermaga yang sering ada pungli diantaranya dermaga Surgi Mufti di Sungai Jingah dan Museum Waja Sampai Kaputing (Wasaka)di samping Jembatan Sungai Andai.
Dijelaskan para pemungut sandar kelotok itu terdiri dua-tiga orang yang berasal dari daerah setempat yang tidak mempunyai pekerjaan bahkan terkesan seperti preman.
"Pernah suatu hari saya membawa pejabat dan anggota TNI mengunjungi Wasaka mereka tak segan-segan memungut biaya sandar, seharusnya mereka malu atau takut ketahuan pejabat atau aparat melakukan pungli, kata pria yang sudah puluhan tahun jadi supir kelotok tersebut.
Rasa tidak senang juga disampaikan Jani, salah satu wisatawan pengguna jasa angutan sungai tersebut karena hal itu menurutnya bisa mengurangi pendapatan para supir kelotok.
"Selain merugikan para supir juga bisa membuat wisatawan jera datang ke tempat objek wisata yang ada disepanjang Sungai Martapura," kata Jani.
Ketika hal ini dikonfirmasi pada Dinas terkait, Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Banjarmasin, Khuzaimi mengatakan pungli di sejumlah dermaga kelotok tersebut ilegal, karena pihaknya tidak pernah memberikan izin apapun pungutan pengguna dermaga.
"Ini nantinya akan kami tertibkan, dan aprisiasi bagi warga yang sudah menyampaikan adanya pungli, sebab ini bisa manjadi nilai negatif pelayanan wisata di Banjarmasin.
Menurutnya dinas pariwisata Banjarmasin selalu menjunjung prinsif Sapta Pesona, diantaranya setiap wisatawan harus membawa kesan positif setelah datang berwisata, atau kesan sebaliknya yaitu negatif yang akhirnya wisatawan tidak datang lagi.(e)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016