Minyak goreng curah selama Bulan Ramadhan ini sulit dicari masyarakat dan bahkan kosong di tingkat pedagang besar maupun pengecer di Kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
"Saat ini pasokan dibatasi dan tidak bisa banyak, selama Ramadhan kita cuma dapat jatah minyak goreng curah baru sekali sebanyak 2 ribu liter," kata salah seorang pedagang sembako besar di Kota Barabai, H Saukani, Kamis (7/4).
Sebanyak 2 ribu liter itu menurutnya habis sehari dibeli para pengecer dan pedagang gorengan. Itu pun dibatasi, cuma 5 liter per orang. "Alasan perusahaan membatasi pasokan adalah karena bergiliran per-daerah selama Ramadhan ini agar semua daerah di Kalsel kebagian," katanya.
Ia pun mengaku tidak bisa menjual harga minyak goreng curah sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp14 Ribu per-liter.
"Kalau kita jual Rp14 ribu per-liter kita rugi, karena dari Banjarmasin kita mengambilnya sudah harga Rp12.950. Belum biaya pengangkutan dan karyawan, jadi kita sudah ijin ke pihak Kepolisian dan Dinas Perdagangan HST untuk menjual Rp15 ribu per liter," katanya.
Ia menerangkan, kalau normal biasanya tergantung kita mau minta berapa. "Biasanya kami mengambilnya sebanyak 50 drum atau 10 ribu liter per-minggunya untuk memenuhi kebutuhan minyak curah di Kota Barabai," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk di kota Barabai hanya ada lima pedagang besar yang menjadi pemasok minyak goreng curah. "Itu pun saat ini ada kawan-kawan pedagang yang belum mendapatkan jatah," terangnya.
Sedangkan untuk minyak gorengan kemasan dijelaskan nya masih aman. "Yang mengalami kenaikan adalah barang-barang kemasan kalengan seperti susu, sarden dan lain-lainnya. Karena adanya pemberlakuan pajak 11 persen," tuntasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Saat ini pasokan dibatasi dan tidak bisa banyak, selama Ramadhan kita cuma dapat jatah minyak goreng curah baru sekali sebanyak 2 ribu liter," kata salah seorang pedagang sembako besar di Kota Barabai, H Saukani, Kamis (7/4).
Sebanyak 2 ribu liter itu menurutnya habis sehari dibeli para pengecer dan pedagang gorengan. Itu pun dibatasi, cuma 5 liter per orang. "Alasan perusahaan membatasi pasokan adalah karena bergiliran per-daerah selama Ramadhan ini agar semua daerah di Kalsel kebagian," katanya.
Ia pun mengaku tidak bisa menjual harga minyak goreng curah sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp14 Ribu per-liter.
"Kalau kita jual Rp14 ribu per-liter kita rugi, karena dari Banjarmasin kita mengambilnya sudah harga Rp12.950. Belum biaya pengangkutan dan karyawan, jadi kita sudah ijin ke pihak Kepolisian dan Dinas Perdagangan HST untuk menjual Rp15 ribu per liter," katanya.
Ia menerangkan, kalau normal biasanya tergantung kita mau minta berapa. "Biasanya kami mengambilnya sebanyak 50 drum atau 10 ribu liter per-minggunya untuk memenuhi kebutuhan minyak curah di Kota Barabai," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk di kota Barabai hanya ada lima pedagang besar yang menjadi pemasok minyak goreng curah. "Itu pun saat ini ada kawan-kawan pedagang yang belum mendapatkan jatah," terangnya.
Sedangkan untuk minyak gorengan kemasan dijelaskan nya masih aman. "Yang mengalami kenaikan adalah barang-barang kemasan kalengan seperti susu, sarden dan lain-lainnya. Karena adanya pemberlakuan pajak 11 persen," tuntasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022