Pabrik pengolahan biodiesel milik PT Adaro Indonesia hingga kini masih berproduksi dengan memanfaatkan minyak jelantah di sekitar operasional pertambangan batu bara.

Beroperasi sejak 2018 pabrik pengolahan di kilometer 69 Road Hauling mampu memproduksi 1.100 liter biodiesel per hari untuk bahan bakar 10 mobil sarana milik Adaro.

"Kita memanfaatkan minyak jelantah dari katering perusahaan untuk bahan pembuatan biodiesel , " jelas Deputi QHSE Division Head, Didik Triwibowo di Tanjung, Selasa.

Jenis bahan bakar yang digunakan ungkap Didik yakni B30 sehingga penambahan Bahan Bakar Nabati jelantah jadi lebih kecil atau sekitar 5 persen.

Sehingga Adaro tak lagi membutuhkan minyak jelantah dalam jumlah besar seperti awal pengolahan biodiesel pada 2019 yang mencapai 20 persen jelantah dan 80 persen solar.

Sebelumnya Adaro menggandeng Badan Usaha Milik Desa Berkah Bersama Desa Maburai Kecamatan Murung Pudak untuk memenuhi kebutuhan minyak jelantah.
 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)
 Didik menyampaikan satu liter minyak jelantah bisa menghasilkan 0,96 liter biodiesel.

"Satu kali produksi biodiesel kita gunakan untuk satu bulan karena unit mobil yang memanfaatkan bahan bakar ini masih terbatas," tambahnya.

Terpisah salah satu pengurus Bumdes Berkah Bersama Dewi Lestari membenarkan soal terhentinya penyediaan minyak jelantah untuk produksi biodiesel Adaro.

"Selama pandemi ini Bumdes tak lagi memasok minyak jelantah ke Adaro," jelas Dewi.

Namun Bumdes tetap menampung jelantah dari masyarakat untuk disuplai ke pengumpul berijin di Kota Banjarmasin.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022