Universitas Pelita Harapan (UPH) mengukuhkan Prof Dr drJulius July SpBS (K) MKesIFAANS sebagai Guru Besar Ilmu Bedah Saraf.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (16/12) dalam pengukuhan itu Julius membacakan orasi ilmiahnya yang berjudul “Pemahaman dan Penerapan Neuroplastisitas Otak; Berawal dari Rehabilitasi Fungsi Otak dalam Bidang Bedah Saraf hingga Proses Belajar dan Psikomotor.
Julius menjelaskan keistimewaan salah satu organ manusia yaitu otak. Melalui paparannya, ia juga menjelaskan terkait neuroplastisitas otak; yaitu istilah yang menggambarkan kemampuan otak untuk selalu belajar, berubah dan beradaptasi sepanjang hidup, baik secara struktur maupun fungsi.
"Selama bertahun-tahun berkecimpung dalam bidang bedah saraf, mulai dari masa sebagai dokter residen bedah saraf hingga saat ini, saya memperhatikan dan mempelajari banyak hal tentang keistimewaan organ manusia yaitu otak. Terutama kemampuan otak untuk pulih dari gangguan fungsi yang kita sebut defisit neurologis," katanya.
Ia mencontohkan pada salah satu pasiennya, wanita muda usia 17 tahun, dengan riwayat kejang berulang, dan tangan kirinya spastik dengan kekuatan motorik empat.
Pasien itu berkeinginan kuat untuk sembuh dari kelainan pembuluh darah otak (Arteriovenous malformation / AVM) yang dia alami.
Akhirnya operasi dilaksanakan dan AVM berhasil diangkat dengan baik. Pasca operasi, pasien mengalami kelumpuhan sisi kiri selama beberapa bulan dan menjalani fisioterapi. Setelah sembilan bulan, fungsi motorik sisi kiri kembali seperti semula.
“Saya ikut bahagia, karena pasien sudah sehat. Banyak kasus AVM kortikal (di permukaan otak) yang juga memperlihatkan hasil yang sama. Hal ini benar-benar membuktikan kemampuan otak untuk pulih dari gangguan fungsi yang kita sebut defisit neurologis,” jelas dia.
Sebagai seorang dokter spesialis bedah saraf, tidak hanya perlu memahami teknik operasi saja, tetapi juga harus menguasai ilmu dasar seperti mengenal dan memahami bagaimana neuron bekerja, berkomunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya, dan bagaimana kehidupan neuron yang sehat dalam keseimbangan (homeostasis).
Di samping itu juga anatomi otak, pembuluh darah yang mensuplai aliran darahnya, termasuk semua faktor yang bisa mempengaruhi fungsinya, seperti asupan dan pengaruh lingkungan.
Ia mengatakan, para dokter juga masih harus menguasai pengobatan lanjutan dan implikasinya seperti radiasi, kemoterapi, molekuler terapi, dan imunoterapi. Tidak menutup kemungkinan juga untuk perkembangan terapi lainnya yang jauh lebih baik, untuk itu para dokter harus selalu up to date mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
“Sebagai seorang spesialis bedah saraf, kita harus selalu menerapkan prinsip-prinsip kesehatan untuk pemulihan pasien-pasien kita, disamping tindakan dan obat-obatan yang kita berikan," katanya.
Menurut dia, dokter perlu memastikan bahwa nutrisi pasien cukup, oksigenasi harus baik dan memadai, pemulihan fungsi juga harus didukung oleh fisioterapi yang baik dan benar, edukasi pasien dan keluarga juga penting, dan tentunya penatalaksanaan gangguan tidur.
"Kita senantiasa harus mengingatkan pasien dan keluarga untuk menerapkan berbagai prinsip kesehatan, supaya kita mendapatkan hasil pengobatan yang optimal,” imbuh dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021