Pasar saham Wall Street ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah data menunjukkan harga-harga produsen meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan pada November, memperkuat ekspektasi Federal Reserve minggu ini akan mengumumkan penghentian pembelian aset yang lebih cepat.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 106,77 poin atau 0,30 persen, menjadi menetap di 35.544,18 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 34,88 poin atau 0,75 persen, menjadi berakhir di 4.634,09 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 175,64 poin atau 1,14 persen, menjadi di tutup di 15.237,64 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor teknologi dan real estat masing-masing merosot 1,64 persen dan 1,27 persen, memimpin kerugian.

Sementara itu, sektor keuangan menguat 0,62 persen, satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan karena investor bertaruh pada nada hawkish dari The Fed di akhir pertemuan dua hari mereka.

Baca juga: Wall Street berakhir turun

Varian virus corona Omicron yang menyebar cepat juga meredam sentimen investor setelah indeks S&P 500 mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa akhir pekan lalu.

Penurunan dipimpin oleh saham-saham terkait teknologi berkapitalisasi besar, dengan Salesforce.com, Microsoft Corp, Adobe dan Alphabet Inc menyeret S&P 500 dan Nasdaq lebih rendah.

Saham Apple Inc berakhir melemah 0,8 persen, tetapi turun dari sesi terendahnya, setelah pembuat iPhone itu mengatakan akan mengharuskan pelanggan dan karyawan untuk mengenakan masker di toko ritel AS saat kasus COVID-19 melonjak.

Data dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan indeks harga produsen (IHP) untuk permintaan akhir dalam 12 bulan hingga November melonjak 9,6 persen, mencatat kenaikan terbesar sejak November 2010. Itu mengikuti kenaikan 8,8 persen pada Oktober.

Baca juga: Wall Street dibuka melemah

Sekitar dua pertiga saham Nasdaq diperdagangkan di bawah rata-rata pergerakan 200 hari mereka, menurut data Refinitiv, menunjukkan banyak saham dalam indeks sedang tertekan, bahkan ketika indeks keseluruhan tetap hanya sekitar 6,0 persen di bawah rekor penutupan tertinggi November.

"Covid plus inflasi adalah Grinch (seseoang yang kejam) yang mencuri Natal," kata Jake Dollarhide, kepala eksekutif di Longbow Asset Management. "Saya tidak mengesampingkan fakta bahwa ada beberapa nama besar Nasdaq yang menyerahkan sebagian dari keuntungan besar mereka. Ketika para pemimpin (pasar) dilanda aksi jual, itu bukan pertanda baik."

Berkshire Hathaway dan Bank of America, keduanya naik lebih dari 1,0 persen dan membantu menjaga S&P 500 tidak jatuh lebih jauh.

Banyak investor memperkirakan bank sentral AS akan memberi sinyal penghentian pembelian aset yang lebih cepat, dan dengan demikian, awal yang lebih cepat untuk kenaikan suku bunga guna menahan kenaikan harga-harga yang cepat.

"Saya akan mengatakan pertemuan ini adalah ketika kita mulai mendapatkan kejelasan tentang bagaimana mereka (The Fed) akan mengatasi gagasan inflasi yang tetap tinggi dan kemungkinan besar akan tetap menjadi masalah di tahun depan," kata David Keller, kepala strategi pasar di StockCharts.com.

Jajak pendapat ekonom Reuters memperkirakan bank sentral menaikkan suku bunga dari mendekati nol menjadi 0,25 persen-0,50 persen pada kuartal ketiga tahun depan, diikuti oleh yang lain di kuartal keempat.

Pfizer menguat 0,6 persen setelah mengatakan pil antivirus COVID-19-nya menunjukkan hampir 90 persen kemanjuran dalam mencegah rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi, dan data laboratorium menunjukkan obat tersebut mempertahankan efektivitasnya terhadap varian Omicron.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 10,8 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,5 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021