Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Hamdi mengungkapkan, keasaman sungai-sungai di Banjarmasin sudah membahayakan karena jauh di ambang batas normal.


"Dari pantauan kita di sepuluh titik, kadar keasaman sungai di daerah ini sudah sangat gawat. Artinya berbahaya bila dikosumsi langsung oleh masyarakat sebab jauh di ambang batas normal yang seharusnya 6 pH atau 9 pH," ujarnya saat berada di gedung dewan pada rapat paripurna, Senin.

Menurut dia, dari sepuluh titik sungai yang dipantau di daerah ini rata-rata di bawah 6 pH, bahkan ada yang sampai 4 pH. Hal ini sudah di luar kebiasaan beberapa tahun sebelumnya, kadar asam masuk kesungai daerah ini lebih rendah hingga 5 pH.

Diungkapkan dia, sepuluh titik sungai yang dipantau, yakni di daerah Banua Anyar, Sei Bilu, Sei Baru, Muara Kelayan, Basirih, Kuin Pertamina, Kuin Pasar Terapung, di bawah jembatan RSUD Anshari Saleh, Zafri Zamzam dan RK Ilir.

"Melihat kondisi ini menjadikan sungai di daerah kita utamanya Sungai Martapura masih katagori kelas IV, seharusnya katagori kelas I, sebab ada intek pengambilan air baku untuk pengolahan air bersih," tuturnya.

Menurut Hamdi, kondisi terus parahnya kadar air sungai di daerah ini perlu menjadi perhatian semua pihak, yakni menjaga kebersihan dan kelestarian alam di sepanjang sungai. Apalagi perlu waktu lama hingga 20 tahun kalau semuanya mau serius membenahi sungai di daerah ini.

"Sebab sungai ini masuk jantung kehidupan bagi masyarakat sehingga tanggung jawab semuanya untuk memeliharannya terus lestari dan tidak tercemar," katanya.

Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Ir Muslih juga membenarkan bahwa keasaman air sungai di daerahnya saat ini sangat tinggi hingga menyebabkan pihaknya mengolah air bersih dengan biaya lebih tinggi.

"Tidak hanya keasaman saja saat ini yang sangat tinggi, tapi pula keasinannya karenan intrusi atau masuknya air laut kesungai sangat besar," katanya.

Namun dia mengaku, keasaman air sungai ini masih dapat pihaknya tangani dengan baik, terkeculia keasinan sungai yang kadarnya melebihi 5.000 miligram perlitarnya yang membuat sulit diolah saat ini.

"Karena kemarau yang melanda daerah saat ini, maka air sungai teramat asin dan asam, bahkan satu intek pengambilan air baku PDAM di Sungai Bilu terpaksa tidak dipungsikan sementara, oleh karena air dari situ tidak dapat diolah menjadi air bersih siap kosumsi," ujarnya. 

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015