Presiden Joko Widodo mendorong industri dalam negeri untuk melakukan pengolahan minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) menjadi biodiesel.
"Sudah berkali-kali saya sampaikan jangan sampai kita mengekspor 'raw material', jangan sampai kita mengekspor bahan mentah hilirasi industrialisasi harus dilakukan dan harus kita paksa untuk dilakukan," kata Presiden Jokowi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada Kamis.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat meresmikan pabrik biodiesel PT Jhonlin Agro Raya di kabupaten Tanah Bumbu provinsi Kalimantan Selatan.
"Oleh sebab itu, saya sangat menghargai apa yang telah dilakukan oleh PT Jhonlin Grup membangun pabrik biodiesel artinya ini mengindustrialisasikan CPO ke biodiesel," tambah Presiden.
Presiden Jokowi berharap perusahaan-perusahaan lain juga mulai melakukan hilirisasi dan industrialisasi CPO menjadi minyak goreng, kosmetik maupun barang setengah jadi atau barang jadi lainnya.
"Ini akan memberi nilai tambah yang besar, menciptakan produk-produk turunan dari CPO. Nikel sudah kita stop tidak boleh ekspor, sudah ada 'smelter', sudah ada pabrik untuk mengolah jadi barang setengah jadi dan barang jadi yang kita harapkan nanti memiliki nilai tambah tinggi yaitu jadi litium baterai untuk mobil listrik," ungkap Presiden.
Menurut Presiden Jokowi, pilihan untuk memperkuat biodiesel bagi Indonesia juga menjadi sangat strategis pada depan.
"Pertama meningkatkan ketahanan energi nasional kita, kemudian menekan besarnya defisit neraca perdagangan akibat impor solar. Artinya kalau kita sudah bisa memproduksi sendiri biodiesel di sini, dijadikan campuran menjadi solar, impor kita juga akan turun drastis," tambah Presiden.
Menurut catatan Presiden Jokowi, pada 2020, Indonesia sudah menghemat devisa sebesar Rp38 triliun dari produksi biodiesel.
"Diperkirakan pada 2021 akan menghemat devisa Rp56 triliun dan yang paling penting menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak. Ini yang ditunggu-tunggu masyarakat membangun 'smelter', membuka lapangan pekerjaan. Membangun pabrik biodiesel, membuka lapangan pekerjaan," tegas Presiden.
Menurut Amran Sulaiman selaku Komisaris PT Jhonlin Agro Raya, total investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik biodiesel itu adalah sebesar Rp2 triliun untuk pembangunan selama 2 tahun.
Pabrik itu rencanannya akan menghasilkan produksi biodiesel setara kualitas B30 sebesar 1.500 ton per hari. Pabrik juga akan mengembangkan produksi B50 dalam waktu dekat.
PT Jhonlin Grup sendiri berdiri di kawasan seluas 730 hektare dengan 12 industri yang terdiri dari pabrik biodiesel, pabrik minyak goreng, dan direncanakan pembangunan 4 unit smelter pada 2023. Kelompok usaha itu disebut Amran mempekerjakan karyawan langsung sebanyak 20 ribu orang dengan total realisasi investasi sebesar Rp29 triliun.
Dalam acara peresmian pabrik biodiesel tersebut, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, pemilik PT Jhonlin Grup Samsuddin Andi Arsyad atau Haji Isam, Komisaris PT Jhonlin Agro Raya yang juga mantan Menteri Pertanian Amran Sulaiman serta pejabat terkait lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Sudah berkali-kali saya sampaikan jangan sampai kita mengekspor 'raw material', jangan sampai kita mengekspor bahan mentah hilirasi industrialisasi harus dilakukan dan harus kita paksa untuk dilakukan," kata Presiden Jokowi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada Kamis.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat meresmikan pabrik biodiesel PT Jhonlin Agro Raya di kabupaten Tanah Bumbu provinsi Kalimantan Selatan.
"Oleh sebab itu, saya sangat menghargai apa yang telah dilakukan oleh PT Jhonlin Grup membangun pabrik biodiesel artinya ini mengindustrialisasikan CPO ke biodiesel," tambah Presiden.
Presiden Jokowi berharap perusahaan-perusahaan lain juga mulai melakukan hilirisasi dan industrialisasi CPO menjadi minyak goreng, kosmetik maupun barang setengah jadi atau barang jadi lainnya.
"Ini akan memberi nilai tambah yang besar, menciptakan produk-produk turunan dari CPO. Nikel sudah kita stop tidak boleh ekspor, sudah ada 'smelter', sudah ada pabrik untuk mengolah jadi barang setengah jadi dan barang jadi yang kita harapkan nanti memiliki nilai tambah tinggi yaitu jadi litium baterai untuk mobil listrik," ungkap Presiden.
Menurut Presiden Jokowi, pilihan untuk memperkuat biodiesel bagi Indonesia juga menjadi sangat strategis pada depan.
"Pertama meningkatkan ketahanan energi nasional kita, kemudian menekan besarnya defisit neraca perdagangan akibat impor solar. Artinya kalau kita sudah bisa memproduksi sendiri biodiesel di sini, dijadikan campuran menjadi solar, impor kita juga akan turun drastis," tambah Presiden.
Menurut catatan Presiden Jokowi, pada 2020, Indonesia sudah menghemat devisa sebesar Rp38 triliun dari produksi biodiesel.
"Diperkirakan pada 2021 akan menghemat devisa Rp56 triliun dan yang paling penting menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak. Ini yang ditunggu-tunggu masyarakat membangun 'smelter', membuka lapangan pekerjaan. Membangun pabrik biodiesel, membuka lapangan pekerjaan," tegas Presiden.
Menurut Amran Sulaiman selaku Komisaris PT Jhonlin Agro Raya, total investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik biodiesel itu adalah sebesar Rp2 triliun untuk pembangunan selama 2 tahun.
Pabrik itu rencanannya akan menghasilkan produksi biodiesel setara kualitas B30 sebesar 1.500 ton per hari. Pabrik juga akan mengembangkan produksi B50 dalam waktu dekat.
PT Jhonlin Grup sendiri berdiri di kawasan seluas 730 hektare dengan 12 industri yang terdiri dari pabrik biodiesel, pabrik minyak goreng, dan direncanakan pembangunan 4 unit smelter pada 2023. Kelompok usaha itu disebut Amran mempekerjakan karyawan langsung sebanyak 20 ribu orang dengan total realisasi investasi sebesar Rp29 triliun.
Dalam acara peresmian pabrik biodiesel tersebut, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, pemilik PT Jhonlin Grup Samsuddin Andi Arsyad atau Haji Isam, Komisaris PT Jhonlin Agro Raya yang juga mantan Menteri Pertanian Amran Sulaiman serta pejabat terkait lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021