Sejumlah mantan atlet legendaris Indonesia atau pahlawan olahraga di Tanah Air, termasuk yang berasal dari Bumi Cenderawasih turut ambil bagian dalam kirab api Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.

Upacara pengambilan api abadi telah dilakukan di PLTMG Pertamina, Distrik Klamono, Kabupaten Sorong, Papua Barat, Sabtu. Kemudian kirab api abadi akan dibawa ke berbagai daerah di Papua.

Pada 27 September, kirab api akan tiba di Biak. Dua mantan atlet legendaris Yayuk Basuki dari cabang olahraga tenis dan Pino Bahari dari tinju akan membawa api abadi bersama dengan dua atlet berprestasi asal Papua, Maria Aibekob (loncat indah) dan Franklin R Burumi (atletik).

Yayuk Basuki adalah petenis legendaris Merah Putih yang pernah empat kali tampil di Olimpiade Seoul/1988, Barcelona/1992, Atlanta/1996, dan Sydney/2000.

Baca juga: Bupati lepas 20 atlet Batola perkuat Kalsel di PON XX Papua

Dia juga adalah peraih empat emas Asian Games. Satu di antaranya diraih pada sektor tunggal putri pada 1998 di Bangkok, Thailand.

Kemudian dua emas pada sektor ganda putri di Seoul Korea Selatan pada 1986 dan Asian Games 1990 di Beijing bersama Suzanna Wibowo.

Saat bertanding di Beijing 1990, Yayuk juga sukses meraih emas pada nomor ganda campuran bersama sang suami, Hary Suharyadi.

Sedangkan Pino Bahari adalah mantan petinju yang pernah meraih emas pada kelas menengah Asian Games 1990.

Hingga saat ini, Pino Bahari masih tercatat sebagai petinju Indonesia terakhir yang pernah meraih prestasi tertinggi di pesta olahraga terbesar di Asia tersebut.

Baca juga: Telkom siapkan infrastruktur berkelas dunia dukung PON XX Papua

Adapun Franklin Burumi tercatat sebagai atlet Papua yang pernah meraih medali di PON Kaltim 2008 untuk nomor estafer 4x100m dan PON Riau 2012 untuk nomor 100meter. Dia juga pernah meraih tiga emas pada gelaran SEA Games 2011 pada nomor 100m, 200m, dan 4x100m.

Maria Aibekob adalah peraih medali perak pada SEA Games 1985 di Bangkok, Thailand dan deretan prestasi lainnya di single event internasional.

Setelah itu, kirab api berlanjut di Timika pada 28 September. Kali ini, giliran Santia Tri Kusuma dari cabang olahraga balap sepeda sekaligus peraih emas SEA Games 2001 di Kuala Lumpur, SEA Games 2003 di Hanoi. Selain itu ada juga M Bima Abdi Negara dari tenis meja.

Pada kesempatan ini, peraih emas Asian Games Incheon 2014 cabang olahraga atletik nomor lompat jauh, Maria Londa, dan Julius Uwe yang pernah menjadi bintang dari nomor dasalomba cabang olahraga atletik, turut ambil bagian.

Kirab api PON Papua pun berlanjut ke Wamena satu hari setelahnya. Dalam kesempatan ini, giliran Pere Karoba atlet asli Papua yang meraih perunggu pada cabang olahraga dayung single sculls putri di Asian Games 2006 Doha.

Selain itu ada juga Yan Yagobi (atletik), Benny Elopere (tinju), dan Hermawan Susanto yang menyabet medali perunggu pada Olimpiade Barcelona 1992 pada sektor tunggal putra bulu tangkis.

Kirab api obor PON Papua kemudian akan sampai di Merauke pada 30 September. Kali ini, giliran empat atlet yang akan turut hadir yakni Rossy Pratiwi Dipoyanti dari tenis meja yang sepanjang kariernya menyabet 13 emas, delapan perak, dan delapan perunggu pada gelaran SEA Games.



Ada juga Suharyadi dari tenis yang pernah tampil di Olimpiade Seoul 1988 dan sukses menorehkan emas pada nomor ganda campuran Asian Games 1990 di Beijing bersama Yayuk Basuki yang menjadi istrinya.

Dalam kesempatan ini pula bakal hadir AKBP Engel Berta Kaize dari voli pantai dan Gerald Malasei Balagaize dari lempar lembing.

Kemudian api abadi pun bakal sampai di Sentani pada 1 Oktober dan satu hari setelahnya di Jayapura.

Taufik Hidayat dari cabang olahraga bulu tangkis sekaligus peraih emas di nomor tunggal Olimpiade Athena 2004 turut membawa api abadi. Hadir pula Rully Rudolf Nere, salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia asli dari Papua.

Kemudian di Jayapura, giliran Lilis Karubaba dari pencak silat yang membawa api abadi. Dia akan hadir bersama Erni Sokoy dari dayung dan Kartika Monim dari voli.

Inspirasi dan motivasi

Hadirnya deretan pahlawan olahraga Indonesia itu diharapkan dapat memotivasi atlet muda di PON Papua nanti. Mereka ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak atlet yang telah mendunia.

Hal ini juga diamini Yayuk Basuki yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Indonesian Olympian Association (IOA). Dia juga sangat mendukung adanya PON Papua ini.

"Olympian Indonesia sangat mendukung PON Papua. Kami hadir menjadi ikon dan atlet muda akan melihat bahwa kami sangat mendukung mereka. Jadi ini bagian dari tugas kami, memotivasi atlet muda," kata Yayuk Basuki.

Hal senada juga disampaikan Pino Bahari kepada ANTARA, Sabtu malam. Menurutnya, dengan hadirnya para olympian dan atlet berprestasi lainnya dari Papua menunjukkan bahwa Indonesia mampu bersaing secara internasional.

Pino pun berharap akan banyak atlet muda potensial yang lahir dan bisa membanggakan Merah Putih. "PON Papua adalah sesuatu yang penting untuk pembibitan dan pembinaan atlet ke depan," kata Pino Bahari.

Api abadi

Api menjadi salah satu elemen penting dalam peradaban manusia, sejak zaman pramodern hingga saat ini. Api memiliki peran fundamental dalam kelangsungan hidup umat manusia, secara fungsi teknis maupun filosofis.

Secara ilmiah, api adalah wujud dari energi panas yang dihasilkan dari reaksi kimia eksotermik suatu bahan bakar yang mengalami oksidasi cepat dalam proses pembakaran.

Dalam setiap gelaran Olahraga, api dimaknai sebagai unsur yang kompleks dan menjadi sumber kehangatan yang tak pernah padam.



Sementara, kobaran Api adalah metafora dari semangat berkompetisi dan sportivitas untuk meraih prestasi.

Pada api yang menyala tersirat makna tentang kekuatan dan keteguhan. Oleh karenanya, api menjadi bagian tak terpisahkan dalam setiap penyelenggaraan pesta olahraga nasional maupun internasional.

Sejarah mencatat, selama lebih dari satu abad, api menjadi simbol utama dalam pagelaran pesta olahraga dunia. Begitu juga dengan perhelatan PON di Indonesia yang kali pertama diselenggarakan pada 1948 di Kota Surakarta, Jawa tengah.

Pewarta: Muhammad Ramdan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021