Sebagian kawasan konservasi hutan bakau Pulau Kaget Banjarmasin kini beralih fungsi menjadi lahan persawahan yang dibuka warga sekitar, kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalimantan Selatan Rakhmadi Kurdi di Banjarmasin, Selasa.

Menurut dia, kawasan seluas 65 hektare tersebut sebagian besar menjadi lahan pertanian sehingga pohon-pohon bakau yang dulu tumbuh subur kini banyak yang hilang atau rusak.

"Hal ini membuat berbagai jenis flora dan fauna yang dulu hidup damai menghilang karena tidak mendapatkan tempat untuk berlindung dan mencari makan," kata dia.

Mengatasi hal tersebut, kata dia, sejak 2008 BLHD melakukan penanaman kembali bakau-bakau yang sudah rusak atau punah tersebut.

"Sampai saat ini kita telah menanam sekitar lima ribu pohon bakau dan kini telah berkembang cukup baik," katanya.

Jumlah tersebut, kata dia, merupakan jumlah yang sangat kecil dibanding jumlah kerusakan bakau atau mangrove di seluruh wilayah Kalsel.

Jumlah bantuan pohon bakau untuk rehabilitasi kawasan pantai cukup sedikit, kata dia, akhirnya sejak 2008 penanaman yang dilakukan BLHD difokuskan pada Pulau Kaget.

"Hari ini kita juga kembali melakukan penanaman sebanyak seribu pohon di sepanjang pinggiran pantai," katanya.

Dengan adanya penanaman kembali pohon bakau tersebut, kata dia, kini beberapa hewan seperti bekantan mulai kembali ke daerah tersebut.

Sebagian daerah Pulau Bakut yang sebelumnya meranggas kini juga mulai kembali terlihat hijau dan mulai ada tanda-tanda kehidupan.

Menurut Rakhmadi, luas hutan mangrove yang berada di luar kawasan hutan di Kalsel mencapai 18.460 hektare.

Dari luasan tersebut 2.750 hektare atau sekitar 15 persen rusak berat karena dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti tambak, bahan baku pembangunan rumah dan lainnya.

Kerusakan mangrove tersebut, kata dia, juga memicu kerusakan terumbu karang terutama yang berada di Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru dan Tanah Bumbu.

Menurut dia, luas terumbu karang di Kalsel mencapai 13 ribu hektare sedangkan 200 hektare mengalami kerusakan antara lain akibat sendimentasi dari aktivitas pertambangan batu bara.

Sehingga kini banyak species diterumbu karang punah begitu juga dengan biota laut lainnya.

Menurut dia, kondisi bawah laut dan terumbu karang di daerah Bunati Kabupaten Kotabaru cukup indah dan masih segar bahkan keindahannya mengalahkan Bunaken.

"Karena kurang terawat dan tidak ada promosi serta akses transportasi yang belum mendukung akhirnya potensi wisata tersebut belum bisa muncul ke permukaan," katanya.

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010