Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, makin berat mengolah air bersih akibat makin tingginya pencemaran di Sungai Martapura.


Direktur Teknik PDAM Bandarmasih Yudha Ahmadi menyatakan, Kamis, untuk pengolahan air yang bakunya diambil dari Sungai Martapura perlu lebih banyak lagi zat kimia.

"Itu karena air sungai yang kita ambil mengandung lumpur, belum lagi zat yang cukup berbahaya dikandungnya, hingga perlu banyak zat kimia," ujarnya.

Diutarakan Yudha, biasanya PDAM dapat mengolah air bersih sekitar 800 miligram per liter air baku, kini hanya dapat sekitar 600 miligram saja lagi lantaran air penuh lumpur.

"Makanya saat ini pengolahan air bersih banyak sekali pembuangan lumpurnya," ucap Yudha.

Dengan demikian, ujar dia, maka pengolahan air bersih ini semakin berat, hingga diibaratkan PDAM melakukan pengolahar air cukup mahal, tapi menjual murah.

"Sebab kita mengutamakan kualitas untuk pelayanan," kata dia.

PDAM kini berencana membangun embung air atau tempat penampungan air raksasa di Pematang Panjang daerah Kabupaten Banjar yang merupakan program jangka panjang untuk ketahanan air baku untuk masyarakat.

"Kalau tidak ada persiapan air baku yang berkualitas, dikawatirkan krisis air akan melanda daerah ini nantinya," ucapnya.

Rencana pembangunan penampungan air raksasa secara alami ini pun sudah dilakukan dengan membebaskan lahan puluhan hektare.

"Memang pembangunan ini dilakukan bertahap, karena membutuhkan anggaran yang sangat besar hingga mencapai Rp300 miliar," ungkapnya.

Saat ini, beber dia, ketahanan air baku PDAM Banjarmasin yang berasal dari Sungai Martapura dan Irigasi Riam Kanan memang masih mencukupi untuk pelayanan lebih 150 ribu pelanggan PDAM.

Pewarta: Sukarli

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015