Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam ) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Prof Dr Sutarto Hadi menyatakan, sejumlah dosen di universitasnya yang bergelar profesor atau guru besar memasuki masa pensiun, hingga perlu banyak penggantinya.


"Kalau ini tidak menjadi perhatian, bisa devisit nantinya universitas kita punya guru besar," ujarnya, Saat memimpin sidang senat terbuka Unlam Banjarmasin dalam acara penganugrahan dua guru besar, yakni, Prof Dr Ir Biyatmoko dan Prof Dr dr Zairin Noor, Kamis (19/3).

Menurut dia, ini sebuah permasalahan yang sangat riskan, sebab bisa dibayangkan universitas terbesar di Kalsel ini minim guru besar, sebab jumlahnya terus menyusut.

"Sebab selama saya menjadi rektor jalan 6 bulan ini baru menambah tiga guru besar, tapi ada satu guru besar yang juga pensiun Prof Dr Muhansyah dari Fakultas Pertanian, dan akan menyusul lima profesor lagi mendekati pensiun," papar Rektor Priode 2014-2018 ini.

Sehingga, tutur Sutarto, jika tidak secepatnya diantisifasi dikawatirkan akan mengalami devisit guru besar yang kini hanya berjumlah 28 orang profesor, sebab sudah banyak profesor yang memasuki masa pensiun sementara para dosen yang sudah memiliki gelar dokter atau strata 3 (S3) belum siap menjadi guru besar.

"Padahal dosen kita yang sudah S3 banyak hampir 180 orang dosen, memang banyak sudah yang mau menyusul menjadi guru besar, tapi belum kesampaian, sebab SK-nya tidak turun," ujarnya.

Diakui dia, persyaratan menjadi guru besar saat ini memang diperketat hingga menjadi menuju menjadi guru besar saat ini teramat sulit, diantaranya membuat karya ilmiah di jurnal internasional yang beripotasi. 

"Makanya saya usulkan tolong bagian dekan di fakiltas untuk diseleksi karya ilmiah para dokter kita, walaupun yang dalam bentuk bahasa Indonesia, tidak masalah, sebab bisa diterjemahkan kebahasa asing, setelah itu baru kita kirim kejurnal-jurnal internasional," ungkapnya.

Dia berharap, para dosen S3 percaya diri untuk membuat karya-karya ilmiah yang bisa masuk jurnal internasional bukannya malah kawatir lebih dulu sebelum melakukan.

"Contohnya dua guru besar kita yang baru dianugrahi ini bisa," paparnya.

Prof Zairin Noor yang baru dianugrahi gelar guru besar menyatakan, bahwa untuk mendapatkan gelar menjadi guru besar yang sedang dia sandang tersebut memang bukan perkara mudah dan cepat, perlu motivasi kuat dari diri sendiri intinya.

"Perlu keberanian maju satu langkah untuk menuju perjalanan seribu langkah, ini yang kita dorong bagi teman-teman lainnya untuk semangat melangkah mencapai cita-cita menjadi guru besar," ucapnya. 

Dia mengakui, sulitnya menjejaki karir akademisi menjadi profesor itu adalah membuat jurnal akademisi yang beripotasi internasional. Untungnya, di fakultas kedoktoran di mana dia menjadi pengajar sekarang ini sudah memiliki klinik jurnal dan raboratorium resit, hal tersebut sangat menunjang.

Pewarta: sukarli

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015