Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Lukisan dengan judul "Pengembara Belantara" seakan menjadi salah satu gambaran tentang perjuangan dan kegigihan wanita Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, dalam mempertahankan hidup.


Lukisan karya perupa Kalimantan Selatan, Husni Thamabrin, yang dipamerkan dalam pameran tunggal yang mulai dibuka pada Rabu di Banjarmasin, menyedot ratusan warga daerah ini.

Salah satu dari enam lukisan yang ditampilkan dalam pameran selama satu pekan mulai 18-25 Maret 2015, di Gedung Warga Sari, Taman Budaya, adalah lukisan dengan judul "Pengembara Belantara".

Lukisan "Pengembara Belantara" yang menggambarkan sosok wanita tua, dalam posisi berjongkok dengan sebuah butah (tas dari rotan), mampu membawa imajinasi pengunjung, tentang ketangguhan perjuangan hidup wanita pedalaman Pegunungan Meratus.

Pameran karya seni tentang figur warga dayak sekaligus memvisualkan objek yang dilukisnya itu bertema "Presentasi Ramang Patikalain". Dan enam lukisan yang dipajang sang seniman mendapat sambutan hangat dari pemerintah provinsi dan seniman juga masyarakat awam.

Sebab, para pengunjung pameran dapat berinteraksi dengan para objek yang ada di dalam lukisan tersebut. termasuk lukisan bertema "Pengembara Belantara".

Nenek dalam lukisan itu bernama Indung Sumbi dari Balai Patikalian, Hantakan, di Lereng Gunung Maratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Walaupun umurnya diperkirakan sudah 125 tahun, nenek Sumbi masih terlihat sangat sehat dan kuat, bahkan dia masih mampu berjalan dengan jarak 20 kilometer di dalam hutan, tanpa alas kaki.

Sambil duduk duduk di samping lukisannya, dia mencoba melayani banyak pengunjung yang mengajaknya berfoto, meski interaksinya dalam mengobrol sudah tidak sempurna lagi.

Selain lukisan nenek Sumbi, satu lagi lukisan yang cukup banyak ditonton pengunjung adalah lukisan seorang pria yang melakukan ritual pengobatan bertema "Baharagu".

Objek lukisan itu adalah kepala suku di Balai Remang, Hantakan, bernama Karani. Dia memvisualkan sebagaimana dia di lukis tersebut saat melakukan upacara pebgobatan dengan cara gaib adat dayak dengan kostum serupa di lukisan.

Lukisan lainnya yang terpajang adalah bertema "Cahaya Remang 1" objek seorang ibu yang menggendong anaknya dan anak laki-lakinya yang juga masih kecil di hutan menyabit pohon karet, ini memberikan makna keluarga hidup sederhana dan erat dengan alam.

Selain itu ada lukisan anak-anak yang memangguk senjata khas dayak "Mandau" bertema Avatar Maratus", lukisan tiga objek anak-anak yang melihat dinding bertema "Cita-cita Tergantung di Langit", dan lukisan seorang pria yang ternyata adalah sosok seorang kepala desa di daerah suku dayak Maratus vertema "Pambakal Tuha".

Sang pelukis Husni Thamrin mengungkapkan, bahwa gelar pameran karya seni rupa tunggalnya ini digelar berbeda dari biasanya karena langsung menampilkan objek yang dia lukis, bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat akan kenyataan kekayaan budaya masyarakat pribumi tanah borneo.

Menurut dia, untuk membuat enam lukisan yang dipamerkannya ini, dia harus berbaur dengan masyarakat suku dayak Meratus hingga setahun lamanya.

"Dan rasa kekeluargaan kita dengan mereka terjalin cukup erat, mereka orang yang sangat bersahabat," ujarnya.

Dia berharap dengan karya ini dapat menyampaikan pesan kepada pemerintah dan masyarakat bahwa warga pedalaman di hutan Gunung Meratus perlu perhatian semua, ini demi kesejahteraan mereka sebagai anak bangsa.

  "Kita harap kegiatan kita ini banyak manfaatnya, dan pemerintah mendapat gambaran bahwa suku dayak pedalaman perlu perhatian lebih, ini pesan yang tersimpan," pungkasnya.   

Pewarta: Sukarli

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015