Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Petani keramba ikan di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, mengeluhkan terjadinya pencemaran sungai di daerahnya sejak beberapa tahun terakhir.


Pengurus Kelompok Pembudidaya Perikanan (Pokdakan) Karya Bersama, Desa Tangga Ulin, Gazali Rahman di Amuntai, Kamis, mengatakan, seluruh anggota kelompoknya mengeluh tentang kondisi sungai Balangan yang diduga tercemar limbah industri.

Menurut dia, pada saat cuaca ekstrem, sering terjadi perubahan kadar Sungai Balangan yang diduga tercemar limbah industri dan batu bara.

"Jika melihat banjir kemaren ditambahi intensitas curah hujan yang cukup tinggi, kemungkinan besar penampungan limbah batu bara meluap dan larut hingga ke sungai," katanya.

Gazali mengatakan, akibat kondisi air sungai yang keruh dan kemungkinan tercemar limbah industri, maka cukup banyak petani keramba yang menghentikan sementara aktivitas usaha kerambanya, menunggu hingga air sungai kembali normal.

Masa-masa penghentian aktivitas keramba semacam ini, kata dia, selalu terjadi setiap tahun, khususnya saat musim penghujan dan air sungai keruh.

Dikatakan, sebanyak 50 persen petani keramba di Kecamatan Banjang dan 25 persen petani keramba di Kecamatan Amuntai Tengah, kini menghentikan sementara usaha keramba milik mereka.

Saat ini, kata dia, kondisi air sungai pasang dan keruh, membuat ikan nila dan ikan mas mudah stres dan mati, padahal jenis ikan ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan menjadi komoditi andalan petani keramba.

Harga jual ikan nila dan ikan mas mencapai Rp30 ribu perkilo, namun daya tahan jenis ikan ini rentan terhadap kondisi cuaca dan perubahan kadar air sungai.

Gazali yang juga memiliki beberapa buah keramba ikan nila dan ikan mas ini mengakui maksimal setiap tahunnya sekitar 75 persen jenis ikan mas miliknya, mati karena berbagai faktor, sedang ikan nila yang mati sekitar 50 persen.

"Yang lebih tahan terhadap perubahan kondisi cuaca dan air sungai adalah jenis ikan patin, bawal dan "grasscrap" yang kematiannya pertahun maksimal hanya 10 persen" katanya.

Petani Keramba juga banyak yang masih kurang memiliki modal usaha untuk mensiasati pengembangkan usaha keramba, dalam mengatasi masalah harga pakan yang terus meningkat dan kondisi cuaca yang tidak menentu.

Petani yang tidak bermodal besar, terpaksa berhenti total dari usaha keramba dari pada terus mengalami kerugian, seperti yang dilakukan Rajidin petani Keramba di Desa Pakapuran.

Rajidin mengaku sudah menghentikan usaha kerambanya sejak setahun yang lalu, akibat budidaya ikan keramba miliknya tidak lagi memberi keuntungan karena harga pakan yg terus meningkat dan kondisi air sungai yang tidak bersahabat.

"Sejak tercemar limbah batubara kondisi air sungai seperti sudah berubah dan kurang mendukung bagi budidaya ikan," kata Rajidin.

Ia juga menduga pencemaran masih terjadi meski kadarnya kecil dibanding kasus terjadinya pencemaran limbah batubara beberapa tahun lalu.

Kepala seksi Perikanan Budidaya Sri Yulia Rakhmawati, mengatakan, keluhan petani akan harga pakan dan kondisi air sungai yang mempengaruhi pengembangan budidaya ikan di keramba ini, Diskannak selalu memprogramkan bantuan pembuatan pakan ikan bagi petani keramba.

Terkait kemungkinan Air Sungai Balangan bercampur limbah industri, Yulia tidak mengetahuinya karena belum menerima laporan dari pihak pembudidaya ikan.

Diskannak juga tidak melakukan penelitian atau menerima hasil penelitian dari lembaga lain terkait kondisi Air Sungai Balangan dan Tabalong.

Namun menurut Kepala Diskannak Hulu Sungai Utara Ir Suriani pencemaran sungai juga bisa bersumber dari larutan bahan kimia dan berbagai kotoran yang larut akibat musim penghujan.

"Biasanya terjadi di awal musim penghujan, berbagai kotoran di daratan termasuk bahan kimia yang melekat di tanaman, sampah rumah tangga hanyut kesungai dan meracuni ikan sehingga mati" jelasnya.

Suriani menghimbau petani keramba dan pembudidaya ikan lainnya agar waspada saat tiba musim penghujan untuk mengamankan usaha perikanan dari perubahan kondisi air sungai yang membawa aneka racun dan limbah sampah.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015