Kerajinan sulam airguci warisan tradisi, Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan kini terancam dilupakan sehingga upaya pelestarian terus digaungkan.

Risna Apriliyana, perajin sulam airguci di Kota Banjarmasin salah satu yang getol terus mengembangkan karyanya agar produk sulam airguci dapat dinikmati semua kalangan dan beragam kebutuhan.

"Kalau dulunya sulam airguci hanya untuk upacara tradisi mulai pakaian pengantin ataupun pelaminan adat Banjar serta beberapa kegiatan adat dan keagamaan lainnya, namun sekarang kita kreasikan membuat inovasi terhadap produk tetapi masih mempertahankan motif pakemnya," kata Iin, sapaan akrab Risna Apriliyana di Banjarmasin, Selasa.

Iin pun terus berkreasi dengan membuat beragam produk dari kerajinan sulam airguci seperti hiasan dinding berupa kaligrafi, sarung tisu, sarung bantal hingga taplak meja dan aneka produk souvenir dan aksesoris lainnya yang laku dijual di pasaran.



"Bahkan kami juga menerima pesanan. Misal pakaian yang digunakan sehari-hari hingga hijab juga bisa dihiasi sulam airguci. Kami terbuka agar tradisi kerajinan peninggalan tradisi budaya leluhur Suku Banjar dapat terus lestari," tuturnya.

Iin adalah generasi ketiga dari usaha kerajinan sulam airguci yang sudah berdiri sejak tahun 1960 dari sang nenek Hj Kasniah.

Ruang pamer (showroom) "Argadia Melati" di Jalan Ahmad Yani Km 5 Komplek Dharma Praja, Jalan Dharma Bakti II, Kota Banjarmasin, menjadi tempatnya berkarya dan masyarakat bisa membeli aneka produk atau sekadar "cuci mata" melihat kerajinan khas Banjar yang mulai tergerus zaman itu.

Diakuinya, sekarang ini kerajinan tangan sulam airguci memang tidak sepopuler kalau dibandingkan dengan kain sasirangan. Namun, hal itu justru merupakan tantangan baginya untuk memajukan kerajinan khas
Kalimantan Selatan selain sasirangan.

"Kerajinan berbahan dasar kain yang dilukis dan disulam tangan dengan airguci menjadi produk karya seni yang memiliki nilai jual cukup tinggi di pasaran karena benar-benar dikerjakan tangan tanpa bantuan mesin," cetusnya.

Menurut Iin, membuat kerajinan sulam airguci di atas kain sangat mengasyikkan, walaupun terlihat rumit dan sulit, namun semua itu dapat dipelajari. Asal ada kemauan, ketekunan, ketelatenan, kesabaran dan semangat untuk terus berlatih dan berkarya dijamin siapapun pasti bisa melakukannya.

"Generasi perajin ini harus terus dilanjutkan. Makanya kami sangat berharap anak-anak muda khususnya remaja putri dapat tertarik menekuni usaha ini," ucapnya.
Risna Apriliyana bersama sang anak melestarikan kerajinan sulam airguci khas Kalimantan Selatan. (ANTARA/Firman)


Dalam pembuatannya, perajin membutuhkan bahan baku berupa kain beledru, kain satin, kencangan (widangan), airguci, manik-manik, tenda, benang, jarum, gunting, spidol warna putih dan karbon jahit.

Sedangkan proses produksinya dimulai pemotongan, desain motif, penyulaman dan terakhir finishing. Untuk motif tradisional yang secara turun temurun diwariskan antara lain kambang tarung teratai, sisik tenggiling, gegetas, gigi haruan dan pucuk rabung yang semuanya memiliki makna tersendiri.

Istilah “airguci” menurut Iin tidak ditemukan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia maupun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun istilah ini terdapat pada kamus Bahasa Banjar Dialek Hulu yang berarti “Kepingan logam hias tipis kecil-kecil yang berkilauan”.

Airguci merupakan salah satu kekayaan budayaan dari Suku Banjar, dimana pada abad ke-16 kain sulaman airguci hanya untuk diperuntukkan bagi keluarga Kerajaan Banjar dan bagi para bangsawan saja yang dapat memakai kain tersebut pada saat perayaan adat Banjar atau pengantin Banjar.*


   

Pewarta: Firman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021