Banjarmasin - Rombongan touring adventure offroad Tanah Bumbu Bersujud akhirnya tiba di Banjarmasin pukul 19.30 Senin 16/5. Sebanyak 12 mobil dan 7 buah motor memasuki garis finish di Rattan Inn setelah menempuh perjalanan sejauh 348 km dari Batulicin, ibu kota Tanah Bumbu, sejak Sabtu (14/5) pukul 10.00 Wita.

Lama perjalanan seluruhnya dua hari setengah atau lebih kurang 60 jam.

 “Sesuai namanya touring offroad maka perjalanan kami sekira 280 km berada di  jalan tanah dan hanya 60 km di jalan aspal, yaitu sekitar 20 km di Batulicin, Tanah Bumbu dan setelah masuk desa Sumber Harapan hingga kemudian Bawah Selan di Kabupaten Banjar,” papar Ketua Panitia H. Bahrani. 

Perjalanan dimulai dari halaman kantor Kapet Batulicin atau kantor lama Bupati Tanah Bumbu menuju Desa Aip di utara Batulicin. Di awal perjalanan ini rombongan seluruhnya berjumlah 20 mobil dan 15 buah motor. 

Touring offroad ini adalah salah satu dari rangkaian acara memperingati ulang tahun ke-8 kabupaten Tanah Bumbu. 

“Perjalanan ini untuk mengingatkan saya bahwa banyak yang harus saya kerjakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tanah Bumbu,” kata Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming—meski kemudian yang bersangkutan ternyata tidak bisa ikut di dalam rombongan.

Sebab itu juga Bupati Mardani berjanji untuk lebih maksimal lagi mendukung touring ini tahun depan. “Kita gabung dengan bakti sosial sehingga perjalanan tersebut akan lebih berarti,” kata Bupati. 

Dari Desa Aip rombongan memasuki jalan angkutan batu bara (hauling) dan menempuhnya sepanjang beberapa kilometer. Dari jalan hauling, rombongan masuk jalan bekas logging kayu yang dulu dibuat dan dipelihara Kodeco Timber.

Sepanjang jalan itu mereka melewati kampung-kampung yaitu Tamuni dan Dadap di wilayah Tanah Bumbu, kemudian masuk kabupaten Banjar melalui Belimbing Lama, Belimbing Baru, Sumber Baru, Sumber Harapan, dan Bawah Selan, desa tak jauh dari Kelampayan, di tepi kota Martapura.

Karena sudah lama tidak digunakan, kondisi jalan logging penuh lubang yang cukup menenggelamkan mobil di beberapa tempat. Kubangan-kubangan sebesar mobil berisi lumpur itu juga ada di jalan yang menghubungkan antarkampung. 

 “Untung cuaca bersih dan tidak banyak turun hujan,” kata Haryono, koordinator  trek yang turun dengan mobil double cabin Great Wall Wingle bermesin Mitsubishi L-300. 

“Setidak-tidaknya jalur ini sedikit lebih bersahabat,” imbuh juragan suku cadang truk dan alat berat dari PT Sinar Bintang Mulia Batulicin ini. 

Sejumlah jembatan rusak dan putus juga menjadi halangan sekaligus tantangan para offroader, terutama roda empat. Di akhir siang Sabtu misalnya, para peserta harus menuruni tebing curam, menyeberangi sungainya, dan mendaki tebing di sisi berikutnya untuk kembali ke jalan. 

Tantangan mirip namun lebih ekstrem juga diberikan trek saat memulai perjalanan Minggu pagi. Diperlukan waktu satu jam 30 menit untuk menyeberangkan seluruh mobil.

“Di jalan ini baik orang maupun kendaraan diuji. Driver diuji nyalinya keterampilan mengemudinya, sampai kesabarannya. Mobil diuji seluruh kekuatannya,” kata H Bahrani. 

Sebab itu perjalanan ini dimanfaatkan oleh PT Astra International Cabang Banjarmasin untuk menguji Isuzu D-Max, mobil double cabin yang diageni Astra.

“Saya lihat D-Max bisa mengatasi trek ekstrem dengan baik. Tenaga mesinnya dahsyat. Apalagi kalau pakai ban spek offroad, bukan ban standar seperti ini, pasti bisa lebih mumpuni,” kata Cerri, offroader veteran beberapa touring besar, salah satunya Borneo Equator Expedition, perjalanan hampir sebulan dari Pontianak di Kalbar ke Bontang di Kaltim menyusur garis edar matahari.(Novi/A)

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011