Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) mulai membangunkan Hunian sementara (Huntara) bagi warga terdampak banjir bandang yang rumahnya rusak berat serta hilang sebelum dibangunakan hunian tetap (Huntap).

"Rencana target kita ada 12 Huntara yang akan dibangun dan satu unit Huntara insyaallah delapan hari selesai pembuatannya," kata Kabid Perumahan dan Kawasan Permukiman, Dinas Perkim HST Ahmad Syafaat, Rabu (10/2) di Barabai.

Menurutnya, kalau dari Dinas Perkim ada enam unit Huntara yang akan dibangun. Sisanya kerjasama dengan beberapa organisasi dan para relawan kemanusiaan yang sudah ada komitmen membantu.

"Satu unit Huntara bisa ditempati sebanyak 10 sampai 12 kepala keluarga (KK)," katanya.

Sampai hari ini sudah ada satu unit yang hampir selesai dibangun di Desa Baru, Waki Kecamatan Batu Benawa.

"Progresnya sudah 80 persen, tinggal memasang dindingnya saja lagi. Sedangkan yang sudah mulai pematokan di Desa Alat," kata Syafaat.

Lebih lanjut Ia menerangkan, untuk desain dan pembangunan, pihaknya juga bekerjasama dengan relawan dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan untuk donasi bantuan kerjasama dengan beberapa organisasi.

Pembangunan Huntara direncanakan ada di beberapa titik di Kecamatan Batu Benawa dan Hantakan. Yaitu di Desa Baru, Waki karena ada sebanyak 49 rumah yang rusak/hilang, maka akan dibangunkan sebanyak empat unit huntara.

Di Desa Alat dan Arangani terdata sebanyak 46 rumah yang rusak berat/hilang, direncanakan dibangun empat unit Huntara. Desa Bulayak sebanyak 14 rumah rusak/hilang, ditargetkan satu unit huntara.

Berikutnya, Desa Batu tunggal sebanyak 21 rumah yang rusak/hilang. Targetnya dua huntara. Sedangkan Desa Hantakan sebanyak 18 buah rumah yang rusak/hilang, akan dibangunkan sebanyak dua unit Huntara.

Sedangkan untuk wilayah Desa Datar Ajab ada tujuh buah rumah yang rusak berat dan Desa Patikalain sebanyak 15 buah rumah. Wilayah terjauh tersebut nantinya akan langsung dibangun hunian tetap saja, bukan Huntara dan sudah ada organsasi yang berkomitmen membantu dengan mengumpulkan donasi dari masyarakat.

"Kerja sama dengan beberapa organisasi kemasyarakatan dan agama, kami juga mengumpulkan donasi untuk pembangunan. Biaya satu unit Huntara dari perhitungan IAI adalah sebesar Rp75 juta," ujar Syafaat.

Ditambahkannya, bahan-bahan untuk pembangunan Huntara dipilih agar nantinya bisa dimanfaatkan kembali setelah bantuan hunian tetap sudah keluar. Seperti untuk seluruh rangka rumah menggunakan baja ringan, atap seng, dinding calsiboard dan lantai multiplek.

"Setelah hunian tetap bantuan dari BNPB turun dan selesai, seluruh bangunan Huntara nantinya akan diwakafkan untuk pembangunan fasilitas umum seperti Langgar, mushalla, ponpes dan sekolah," katanya.

Dikatakannya lagi, untuk bantuan hunian tetap dari BNPB sudah didata dan diverifikasi yang berkasnya sudah naik ke Bupati untuk disetujui serta selanjutnya diteruskan ke BNPB.

"Karena pihak BNPB minta validasi data by name by adress, jadi kepastiannya kemungkinan tiga sampai enam bulan baru keluar dana pembangunannya," ujarnya.

Warga yang akan mendapatkan bantuan hunian tetap nantinya harus mau direlokasi ke tempat yang lebih aman dari bencana banjir. Jika dibangunkan di tempat asal ditakutkan rusak lagi. "Karena potensi banjir di wilayah kita masih ada, jadi warga harus mau direlokasi," tuntasnya.
 
Desain Huntara untuk warga yang terdampak banjir bandang di Kabupaten HST (Antaranews Kalsel/istimewa)

Pewarta: M. Taupik Rahman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021