Intensitas curah hujan tinggi di kaki pegunungan Meratus dan sekitarnya menyebabkan Sungai Hantakan meluap tak mampu menampung air bah yang bercampur lumpur dana dan ranting.

Air yang berwarna kecoklatan nanganas mengikis tanah menyapu rumah, memporakporandakan apa yang ada di daratan "Bumi Murakata" sebutan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan tanpa pandang bulu, orang kaya atau miskin, orang baik atau buruk, anak anak atau dewasa, perempuan ataupun laki-laki.

Satu diantara 6 korban hilang yang di data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah bernama H. Idrus bin Muhammad warga Desa RT. 5 Hantakan, Kecamatan Hantakan.

Dia menjadi salah satu korban musibah banjir bandang pada Rabu, (13/1) malam. Sampai sekarang batang tubuhnya belum ditemukan dan dinyatakan hilang.

Tidak ada foto sosok Idrus, rumah bapak enam anak itu rata dengan tanah, tak tersisa bahkan tongkat kayunya. Rumahnya roboh digusur air membawa batang besar pepohonan dari hulu sungai.

Cerita pilu menyelimuti warga desa setempat akibat dampak banjir yang tidak disangka itu. Salah satunya kaka perempuan Idrus, dikatakannya dengan pelan keluarga sudah ikhlas namun berharap bisa menemukan jasad lelaki (50) itu.

"Tidak bisa lagi mencari. Sudah diaruwahi. Harapan, jasadnya bisa ditemukan, bisa dikubur, nyaman melihat dan menziarahi. Bahkan rangkanyapun tidak masalah asal bisa ditemukan," ucap Nenek Maslian (65) dengan logat khas daerahnya pascabanjir.

Nampak kesedihan di wajah keriput wanita tua itu, matanya berkaca saat bercerita tentang kejadian hari itu.

Saat malam ganas itu Idrus berhasil menyelamatkan anaknya Hasan (25) yang menderita penyakit skizofrenia.

"Setelah menyelamatkan Hasan, kepada warga Idrus bilang kembali ke rumah untuk mengambil surat surat di dalam rumah," ujar kaka Perempuan Idrus itu.

Nahas, warga yang bertahan diterjang banjir melihat rumahnya terbawa arus sampai ke sungai yang mengamuk.

Sampai sekarang tak terlihat di desa itu upaya pencarian oleh relawan ataupun yang orang ahli dalam pencarian manusia yang hilang di telan bencana, mungkin karena banyak prioritas yang harus dilakukan pascabanjir.

Sama halnya dengan kisah satu keluarga di Dusun Mandila, Desa Patikalain, di kecamatan yang sama tertimbun longsor beserta rumah di lereng bukit kaki pegunungan meratus.

Korban bernama Yansyah (Suami), Icam (Istri), Idun anak pertama, Yanda anak ke dua dan Lia anak ke empat.

Anak ketiga berhasil diselamatkan warga setempat di malam kelam diguyur hujan saat itu. Tidak lama, di bawah tanah yang pekat berlumpur itu ditemukan jasad Icam dan Yanda.

Cerita itu dibawa Yani tidak lain ayah kandung Yansyah Kepala Keluarga itu, saat turun gunung mengambil kebutuhan hidup di Posko khusus masyarakat pedalaman di Desa Hantakan bersama keluarganya.

Anak dan cucunya sampai sekarang masih belum didapat, tinggi tanah tak memadai dengan peralatan dan tenaga untuk digali.

"Pakai tangan dan cangkul menggali tanah longsor itu," cerita Yani lirih, kedua telapak tangannya keras penuh goresan.

Kedua orang yang tertimbun itu, juga masuk kedalam daftar pencarian orang yang sampai saat ini belum ditemukan.

Sama seperti nenek Maslian, Yani sangat berharap dapat mengubur anak dan cucunya dengan layak dan sebagai mana mestinya.

Pewarta: Muhammad Fauzi Fadilah

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021