Harga berbagai sayuran di dalam Kota Banjarmasin belakangan ini kian melambung harganya setelah terjadinya bencana banjir dalam sepekan terakhir.
Hasil pemantauan ANTARA Kalsel di beberapa lokasi pasar di dalam Kota Banjarmasin, Rabu menunjukkan kenaikan harga sayuran tersebut, khususnya sayuran yang berasal dari tanaman petani lokal, setelah hampir seluruh lahan di Kalsel tergenang air.
Seperti di pasar Sungai Andai dalam, beberapa pedagang sayuran menyebutkan kenaikan harga sayuran yang melambung tersebut lantaran produksi sayuran praktis terhenti, setelah banjir.
"Kami susah memperoleh sayuran, karena petani sayuran setempat tak ada yang berproduksi," kata Hasnah, pedagang sayuran di Sungai Andai Dalam.
Menimnya pasokan sayuran lokal di lokasi pasar tersebut terlihat dari jumlah dagangan mereka para pedagang yang praktis kosong, jika ada harganya selangit, sebagai contoh saja seikat daun sigkong yang tadinya hanya rp1000 per ikat sekarang menjadi rp2500 per ikat, itupun hanya beberapa ikat di setiap pedagang,
Begitu juga kangkung kelakai dan genjer, ada yang rp3000 per ikat, padahal harga normal rp1000 per ikat.
Sementara seperti rebung, labu, bayam, jantung pisang, yang biasanya menumpuk praktis hampir tak terlihat, kecuali sayuran dari Pulau Jawa yang masih tersedia, seperti kentang, wortel, kubis, daun prei, masih ada namun harganya pun mahal.
Sedangkan bawang merah yang tadinya agak mahal sekarang agak murah hanya kisaran rp20 ribu per kilogram, padahal sebelumnya bisa mencapai rp35000 per kilogram.
Suasana pasar Sungai Andai dalam ini pun tidak seperti biasa, karena pedagang maupun pengunjung selutut masih terendam air, bahkan banyak pedagang yang berjualan menggunakan sampan.
Banjir di Banjarmasin sudah memasuki hari ketujuh, sebagian besar wilayah Banjarmasin terendam selututut, bahkan beberapa lokasi sedalam pinggang orang dewasa, bahkan ada beberapa ruas jalan tak bisa dilalui kendaraan bermotor.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Hasil pemantauan ANTARA Kalsel di beberapa lokasi pasar di dalam Kota Banjarmasin, Rabu menunjukkan kenaikan harga sayuran tersebut, khususnya sayuran yang berasal dari tanaman petani lokal, setelah hampir seluruh lahan di Kalsel tergenang air.
Seperti di pasar Sungai Andai dalam, beberapa pedagang sayuran menyebutkan kenaikan harga sayuran yang melambung tersebut lantaran produksi sayuran praktis terhenti, setelah banjir.
"Kami susah memperoleh sayuran, karena petani sayuran setempat tak ada yang berproduksi," kata Hasnah, pedagang sayuran di Sungai Andai Dalam.
Menimnya pasokan sayuran lokal di lokasi pasar tersebut terlihat dari jumlah dagangan mereka para pedagang yang praktis kosong, jika ada harganya selangit, sebagai contoh saja seikat daun sigkong yang tadinya hanya rp1000 per ikat sekarang menjadi rp2500 per ikat, itupun hanya beberapa ikat di setiap pedagang,
Begitu juga kangkung kelakai dan genjer, ada yang rp3000 per ikat, padahal harga normal rp1000 per ikat.
Sementara seperti rebung, labu, bayam, jantung pisang, yang biasanya menumpuk praktis hampir tak terlihat, kecuali sayuran dari Pulau Jawa yang masih tersedia, seperti kentang, wortel, kubis, daun prei, masih ada namun harganya pun mahal.
Sedangkan bawang merah yang tadinya agak mahal sekarang agak murah hanya kisaran rp20 ribu per kilogram, padahal sebelumnya bisa mencapai rp35000 per kilogram.
Suasana pasar Sungai Andai dalam ini pun tidak seperti biasa, karena pedagang maupun pengunjung selutut masih terendam air, bahkan banyak pedagang yang berjualan menggunakan sampan.
Banjir di Banjarmasin sudah memasuki hari ketujuh, sebagian besar wilayah Banjarmasin terendam selututut, bahkan beberapa lokasi sedalam pinggang orang dewasa, bahkan ada beberapa ruas jalan tak bisa dilalui kendaraan bermotor.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021