Emas berhasil naik pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah melemahnya ekuitas AS, setelah anjlok lebih dari empat persen pada akhir pekan lalu, namun keuntungannya dibatasi oleh penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, terangkat 15,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi ditutup pada 1.850,80 dolar AS per ounce.
Pada akhir pekan lalu, Jumat (8/1/2021), emas berjangka terjun 78,2 dolar AS atau 4,09 persen menjadi 1.835,40 dolar AS, merupakan penyelesaian emas berjangka terendah sejak 14 Desember, serta persentase kerugian satu hari terburuk untuk kontrak paling aktif sejak 9 November.
"Jika kurva imbal hasil menjadi lebih curam dan perbedaan menjadi jauh lebih luas, perkirakan untuk melihat pemulihan yang kuat dalam dolar meskipun ada miliaran baru dalam stimulus yang diharapkan," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff dalam sebuah catatan.
Presiden terpilih Biden mengatakan pada Jumat (8/1/2021) bahwa warga Amerika membutuhkan lebih banyak bantuan ekonomi akibat pandemi virus corona sekarang dan bahwa dia akan menyampaikan rencana yang menelan biaya "triliunan dolar" pada Kamis (14/1/2021).
Sementara emas secara umum dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang dapat diakibatkan dari stimulus yang meluas, terutama tahun lalu, itu telah berubah karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Baca juga: Emas naik lagi 2,5 dolar ditopang harapan stimulus
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 64,7 sen atau 2,63 persen menjadi ditutup pada 25,284 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 26,7 dolar AS atau 2,49 persen menjadi menetap di 1.044,60 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, terangkat 15,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi ditutup pada 1.850,80 dolar AS per ounce.
Pada akhir pekan lalu, Jumat (8/1/2021), emas berjangka terjun 78,2 dolar AS atau 4,09 persen menjadi 1.835,40 dolar AS, merupakan penyelesaian emas berjangka terendah sejak 14 Desember, serta persentase kerugian satu hari terburuk untuk kontrak paling aktif sejak 9 November.
Emas berjangka menguat 5,00 dolar AS atau 0,26 persen menjadi 1.913,60 dolar AS pada Kamis (7/1/2021), setelah anjlok 45,8 dolar AS atau 2,34 persen menjadi 1.908,60 dolar AS pada Rabu (6/1/2021), dan naik 7,8 dolar AS atau 0,4 persen menjadi 1.954,40 dolar AS pada Selasa (5/1/2021).
"Kami telah melihat sedikit rebound pada dolar, sedikit kenaikan dalam imbal hasil dan sebagai akibatnya kami telah melihat beberapa pasar komoditas, termasuk logam, mundur," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Baca juga: Emas naik terganjal penguatan dolar dan imbal hasil obligasi AS
"Jika kurva imbal hasil menjadi lebih curam dan perbedaan menjadi jauh lebih luas, perkirakan untuk melihat pemulihan yang kuat dalam dolar meskipun ada miliaran baru dalam stimulus yang diharapkan," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff dalam sebuah catatan.
Presiden terpilih Biden mengatakan pada Jumat (8/1/2021) bahwa warga Amerika membutuhkan lebih banyak bantuan ekonomi akibat pandemi virus corona sekarang dan bahwa dia akan menyampaikan rencana yang menelan biaya "triliunan dolar" pada Kamis (14/1/2021).
Sementara emas secara umum dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang dapat diakibatkan dari stimulus yang meluas, terutama tahun lalu, itu telah berubah karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Baca juga: Emas naik lagi 2,5 dolar ditopang harapan stimulus
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 64,7 sen atau 2,63 persen menjadi ditutup pada 25,284 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 26,7 dolar AS atau 2,49 persen menjadi menetap di 1.044,60 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021