Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria memberikan apresiasi atas pencapaian yang telah dicapai para pelajar Indonesia di dalam berbagai bidang di acara Puncak Persembahan Prestasi Talenta Indonesia 2020.

Apresiasi itu disampaikan Arif Satria ketika menghadiri secara virtual acara yang dilaksanakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Rabu (30/12), sebagai ajang apresiasi kepada 868 pelajar peraih medali emas.

"Saya kagum pada karya anak-anak ini. Mereka mencoba untuk keluar dari pakem untuk mewujudkan mimpinya melalui hasil karya dan invensi. Kalau semua orang memiliki future practice, didasari semangat kreativitas, maka saya yakin Indonesia akan menjadi bangsa yang maju," ujar Arif dalam acara itu, menurut keterangan resmi IPB University yang diterima di Jakarta pada Kamis.



Selain turut berbangga dan mengucapkan selamat atas berbagai ide dan gagasan yang dihasilkan oleh para pelajar Indonesia, Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) itu juga sempat berdialog dengan beberapa pemenang.

Di antaranya adalah Muhtaza Aziziya Syafiq, penemu kulkas tanpa listrik. Muhtaza membuat kulkas tanpa listrik saat masih duduk di kelas 2 SMA dan berhasil menyabet penghargaan di ajang Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) di Los Angeles, AS pada Mei 2014.

Muhtaza mengungkapkan latar belakang dirinya menciptakan kulkas tanpa listrik karena Kabupaten Musi Banyuasin di Sumatera Selatan tempatnya tinggal, akses listrik masih terbatas.

"Masih banyak sekali pedesaan yang listriknya langka, dalam artian hanya ada beberapa saja, sering mati lampu juga. Sedangkan potensi desa di sana itu buah-buahan. Jadinya kadang petani menyimpan hasil panennya kurang baik, sehingga akan dijual kondisinya sudah setengah busuk," ujar Muhtaza.



Kemudian, Arif juga sempat berdialog dengan Akhmad Zailani, siswa SMK Negeri 2 Kandangan yang meraih medali emas dalam Lomba Keterampilan Siswa (LKS) tingkat nasional ke XXVIII tahun 2020 untuk kategori Landscape and Gardening.

Selain itu ia juga sempat berbincang dengan Joan Nadia Joan Nadia, siswi SMAK IPEKA Tomang yang berhasil mendapat medali perak di ajang Internasional Biology Olympiad (IBO) Challenge di Jepang, Agustus lalu.

Dalam dialog dengan ketiga pelajar berprestasi itu, Arif menyampaikan apresiasinya. Dia menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan orang-orang seperti mereka untuk dapat melangkah maju.

"Untuk maju, seseorang harus memiliki future practice dan sifat agile learner. Dan modal itu ada dalam sosok tiga anak muda ini," katanya.



Arif melihat ada semangat yang luar biasa dari ketiga pemuda dan pemudi tersebut, yakni sebuah semangat membangun kemandirian. Semangat tersebut adalah langkah untuk untuk memutuskan ketergantungan kepada negara lain.

Dia memberi contoh bagaimana kulkas yang diciptakan Muhtaza sebagai salah satu bentuk future practice, sesuatu hal baru yang tidak terpikirkan bagi orang lain.

"Saya kagum pada karya anak-anak ini. Mereka mencoba untuk keluar dari pakem untuk mewujudkan mimpinya melalui hasil karya dan invensi. Kalau semua orang memiliki future practice, didasari semangat kreativitas, maka saya yakin Indonesia akan menjadi bangsa yang maju," tuturnya.

Dia juga melihat para pelajar itu adalah pembelajar yang lincah, yang selalu berusaha ingin tahu dan bisa belajar di manapun. Hal itu penting untuk menghadapi perubahan masa depan, karena orang dengan sifat itu tidak hanya mampu beradaptasi tapi juga akan memimpin masa depan.

Dalam kesempatan itu Prof Arif juga mengingatkan kepada para pelajar berprestasi itu agar terus mengembangkan keilmuannya dan tidak berhenti sampai di sini.

"Invensi yang sudah diciptakan harus ada tindak lanjut," katanya yang berpesan pentingnya berkolaborasi dengan berbagai pihak agar invensi yang ada mampu terus dikembangkan dengan baik.


 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020