Dolar AS sedikit menyusut pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), saat sterling menguat dalam sesi tipis jelang liburan Natal, setelah Inggris dan Uni Eropa mencapai kesepakatan perdagangan pasca-Brexit, meningkatkan harapan Inggris dapat menghindari pergolakan ekonomi ketika meninggalkan blok itu di akhir tahun.
Pasar keuangan tutup pada Jumat (25/12/2020) untuk hari Natal.
Inggris pada Kamis (23/12/2020) mencapai kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa, tujuh hari sebelum keluar dari salah satu blok perdagangan terbesar di dunia dalam pergeseran global paling signifikan sejak hilangnya kekaisaran.
Sterling mengurangi keuntungan setelah pengumuman perdagangan Brexit, sementara dolar menelusuri kembali sebagian dari kerugiannya, karena investor telah memperhitungkan kesepakatan tersebut dan telah mengambil untung.
“Jika kita menganalisa litani berita utama ucapan selamat yang mengalir keluar, kita merasa bahwa pedagang sterling/dolar telah 'membeli-rumor' dan sekarang hanya 'menjual fakta' mengingat tidak adanya kejutan positif baru yang diumumkan sejauh ini… mereka kurang lebih mendapatkan apa yang mereka perkirakan,” kata Erik Bregar, kepala strategi valas di Exchange Bank of Canada.
Sore hari, indeks dolar menguat tipis menjadi 90,33. Pada minggu ini, indeks dolar naik 0,4 persen, cukup untuk membukukan kenaikan mingguan tertinggi sejak pertengahan November. Namun, sejauh tahun ini, dolar telah jatuh 6,4 persen, kinerja tahunan terburuk sejak 2017.
Sterling naik setinggi 1,3620 dolar dan terakhir menguat 0,3 persen pada 1,3544 dolar, dengan potensi untuk naik ke tertinggi 2,5 tahun di atas 1,3625 dolar.
Sterling juga naik ke puncak tiga minggu terhadap euro di 89,54 pence. Euro terakhir turun 0,4 persen terhadap sterling pada 89,95 pence.
“Dari apa yang kita ketahui selama ini, (kesepakatan perdagangan) ini hanya cukup untuk menghindari skenario penurunan tajam tiba-tiba dan menjaga barang-barang dari antrian di perbatasan, tetapi ini bukan kesepakatan perdagangan yang luas yang mencakup jasa,” kata Andreas Steno Larsen, kepala valas global dan ahli strategi harga di Nordea di Kopenhagen,
“Jadi ini adalah skenario yang baik untuk Inggris tetapi mungkin tidak lebih dari itu, itulah mengapa sterling tidak benar-benar merayakan kesepakatan.”
Pasar mata uang juga tampaknya telah mengabaikan kritik Presiden Donald Trump terhadap paket bantuan fiskal yang sebelumnya disetujui di Kongres, yang dapat membuat RUU tersebut dalam ketidakpastian.
Partai Republik dan Demokrat di DPR AS pada Kamis (24/12/2020) memblokir upaya untuk mengubah paket bantuan virus corona dan pengeluaran pemerintah senilai 2,3 triliun dolar AS, membuat statusnya diragukan setelah Trump menuntut perubahan ekstensif pada undang-undang tersebut.
Terhadap mata uang yang terkait dengan selera risiko yang lebih tinggi, dolar melemah. Dolar Australia naik 0,3 persen menjadi 0,7599 dolar AS, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,2 persen pada 0,7109 dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Pasar keuangan tutup pada Jumat (25/12/2020) untuk hari Natal.
Inggris pada Kamis (23/12/2020) mencapai kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa, tujuh hari sebelum keluar dari salah satu blok perdagangan terbesar di dunia dalam pergeseran global paling signifikan sejak hilangnya kekaisaran.
Sterling mengurangi keuntungan setelah pengumuman perdagangan Brexit, sementara dolar menelusuri kembali sebagian dari kerugiannya, karena investor telah memperhitungkan kesepakatan tersebut dan telah mengambil untung.
“Jika kita menganalisa litani berita utama ucapan selamat yang mengalir keluar, kita merasa bahwa pedagang sterling/dolar telah 'membeli-rumor' dan sekarang hanya 'menjual fakta' mengingat tidak adanya kejutan positif baru yang diumumkan sejauh ini… mereka kurang lebih mendapatkan apa yang mereka perkirakan,” kata Erik Bregar, kepala strategi valas di Exchange Bank of Canada.
Sore hari, indeks dolar menguat tipis menjadi 90,33. Pada minggu ini, indeks dolar naik 0,4 persen, cukup untuk membukukan kenaikan mingguan tertinggi sejak pertengahan November. Namun, sejauh tahun ini, dolar telah jatuh 6,4 persen, kinerja tahunan terburuk sejak 2017.
Sterling naik setinggi 1,3620 dolar dan terakhir menguat 0,3 persen pada 1,3544 dolar, dengan potensi untuk naik ke tertinggi 2,5 tahun di atas 1,3625 dolar.
Sterling juga naik ke puncak tiga minggu terhadap euro di 89,54 pence. Euro terakhir turun 0,4 persen terhadap sterling pada 89,95 pence.
“Dari apa yang kita ketahui selama ini, (kesepakatan perdagangan) ini hanya cukup untuk menghindari skenario penurunan tajam tiba-tiba dan menjaga barang-barang dari antrian di perbatasan, tetapi ini bukan kesepakatan perdagangan yang luas yang mencakup jasa,” kata Andreas Steno Larsen, kepala valas global dan ahli strategi harga di Nordea di Kopenhagen,
“Jadi ini adalah skenario yang baik untuk Inggris tetapi mungkin tidak lebih dari itu, itulah mengapa sterling tidak benar-benar merayakan kesepakatan.”
Pasar mata uang juga tampaknya telah mengabaikan kritik Presiden Donald Trump terhadap paket bantuan fiskal yang sebelumnya disetujui di Kongres, yang dapat membuat RUU tersebut dalam ketidakpastian.
Partai Republik dan Demokrat di DPR AS pada Kamis (24/12/2020) memblokir upaya untuk mengubah paket bantuan virus corona dan pengeluaran pemerintah senilai 2,3 triliun dolar AS, membuat statusnya diragukan setelah Trump menuntut perubahan ekstensif pada undang-undang tersebut.
Terhadap mata uang yang terkait dengan selera risiko yang lebih tinggi, dolar melemah. Dolar Australia naik 0,3 persen menjadi 0,7599 dolar AS, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,2 persen pada 0,7109 dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020