Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, H Hamdi menyatakan, saat ini kualitas udara di wilayahnya sudah tiga kali lipat memburuk dibandingkan biasanya.


"Dari pantauan kita sekitar setengah bulan lalu, kualitas udara di daerah kita sangat rendah , bahkan tiga kali lipat memburuk," ujarnya, di Banjarmasin, Jumat.

Menurut dia, udara di Banjarmasin tidak hanya tercemar polusi asap tebal, namun juga debu super halus terkandung di udara.

"Debu halus yang kita sebut PN 10 yang ukurannya 10 mikron, dan kandungannya ini tiga kali lipat dari biasa," ungkap mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarasin itu.

Ia mengatakan, dari tiga lokasi yang menjadi pemantauan di daerah Banjarmasin, di Simpang Empat Belitung, Banjarmasin Tengah, udara di sana diambang batas baku mutu paling tinggi, yakni 730 microgram permeter kubik muatan batas polusinya.

"Padahal idealnya hanya 230 microgram permeter kubik ambang batas polusi udara," terangnya.

Sama halnya pada dua lokasi lain, yakni di Bundaran Kayu Tangi, Banjarmasin Utara dan di perempatan depan Jembatan Merdeka, pusat kota, ambang batas baku mutu polusi udara juga di atas 500 microgram permeter kubik.

"Oleh karena itu, kita anjurkan bagi warga untuk memakai masker kalau keluar rumah demi menjaga kesehatan," katanya.

Ia membenarkan langkah Dinas Kesehatan daerah yang membagikan masker gratis bagi warga. Sebab menurut dia, udara di Banjarmasin yang terus memburuk akibat kabut asap tebal dan kandungan debu di udara perlu dicegah dengan menggunakan masker.

"Hal tersebut dikarenakan pula musim kemarau, hingga membuat jalanan kering dan debu menjadi pekat terbang ke udara," paparnya.

Menurut dia, penyakit inpeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saat ini, seolah-olah sudah menjadi tren yang kebanyakan akibat kondisi udara yang tidak sehat karena debu dan asap.

Ia berharap, perlu pola pengawasan dan pengaturan terhadap aktivitas-aktivitas yang memicu terjadinya debu, seperti proyek pengurukan bangunan, tanahnya jangan sampai mengotori jalan.

Begitu pula untuk asap, seperti yang terjadi saat kemarau panjang, pastinya perlu diawasi pembakaran atau kebakaran lahan," paparnya.

Pewarta: Sukarli

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014