Oleh Syamsuddin Hasan

Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota DPR-RI Habib Nabiel Almusawa meminta Pemerintah agar menindaklanjuti kebenaran pengakuan penggunaan biodiesel B80 oleh masyarakat pada perkebunan kelapa sawit.


"Jika benar ada perkebunan kelapa sawit yang menggunakan biodiesel dengan mencampur solar dan minyak sawit sebesar 80 persen (B80), maka fakta ini perlu ditindaklanjuti dengan kajian ilmiah," ujarnya kepada wartawan di Banjarmasin, Rabu malam.

"Pemerintah jangan mengabaikan temuan-temuan positif kalangan masyarakat yang berpotensi memecahkan salahsatu permasalahan besar bangsa yaitu defisit energi nasional," lanjutnya.

Permintaan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) asal daerah pemilihan Kalimantan Selatan itu menanggapi laporan adanya perkebunan kelapa sawit yang menggunakan biodiesel B80.

Dari informasi yang diterima, lanjutnya, Sekjen Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Togar Sitanggang mengungkapkan sering menggunakan biodiesel dengan campuran minyak sawit mencapai 80 persen di kebun sendiri.

"Namun karena diakui tidak ilmiah, maka penggunaan biodiesel yang bercampur dengan minyak sawit itu tidak diumumkan secara luas," ungkapnya mengutip keterangan Sekjen Aprobi.

Menurut wakil rakyat yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanian itu, kalau sudah ada yang menggunakan biodiesel B80 berarti teknologinya sudah ada.

Teknologi tersebut, lanjutnya, mungkin masih sederhana. "Tetapi teknologi kan bisa dikembangkan. Teknologi yang ada tersebut suatu saat akan menjadi teknologi yang diharapkan bila ada kemauan untuk terus mengembangkannya," paparnya.

Ia menambahkan, kalau sungguh-sungguh dalam mengembangkannya, bukan tidak mungkin teknologi yang diharapkan tersebut bisa diperoleh lebih cepat. "Saat ini Pemerintah telah memberlakukan B10.

Kemudian pada tahun 2015 akan diberlakukan B20, sesudah itu bila teknologinya sudah siap, langsung saja loncat ke B80, lanjut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat tersebut.

Bahan bakar nabati, menurut dia, sungguh mendesak untuk segera dikembangkan guna mencegah terkurasnya devisa karena impor bahan bakar minyak (BBM) yang diprediksi terus meningkat.

"Dengan B10, Pemerintah mematok target penghematan devisa mencapai tiga miliar dolar Amerika Serikat (AS). Bila kita bisa menerapkan B80 maka devisa yang bisa dihemat mencapai 24 miliar dolar AS," tuturnya.

Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Indonesia, saat ini negaranya mengalami defisit minyak bumi sebesar 608 ribu barrel per hari.

"Bila defisit tersebut tidak teratasi, Indonesian Petroleum Association (IPA) memprediksi bahwa pada tahun 2025 defisit migas akan mencapai dua juta barrel per hari," ungkapnya.

  "Dengan defisit yang cukup besar itu, maka Indonesia berpotensi menjadi negara pengimpor minyak terbesar di kawasan Asia Pasifik," demikian Habib Nabiel.   

Pewarta:

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014