Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Seorang anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Almusawa mengimbau semua pihak agar tidak pesimis terhadap program swasembada daging yang sudah dirintis.


Imbauan legislator dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) asal daerah pemilihan Kalimantan Selatan itu disampaikan dalam keterangan pers kepada wartawan di Banjarmasin, Kamis.

Habib Nabiel minta, upaya menuju swasembada daging sapi yang sudah dimulai, harus dilanjutkan meski tidak bisa diwujudkan pada tahun 2014.

"Kita memiliki areal perkebunan sawit yang luas, bahkan lebih luas dari areal sawah. Dimana di perkebunan sawit ada potensi pakan sapi yang melimpah," ujar alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Ia mengungkapkan, pada tahun 2013, Kementerian Pertanian (Kementan) melaporkan potensi lahan untuk kelapa sawit di Indonesia mencapai 18 juta hektare (ha).

"Sudah dikeluarkan izin perkebunan kelapa sawit pada lahan seluas 9,8 juta ha dan 9,2 juta ha di antaranya sudah ditanami. Sementara areal sawah hanya 7,9 juta ha," ungkapnya.

"Jika perkebunan sawit yang dipadukan dengan ternak sapi dikelola dengan baik, kita bisa swasembada daging sapi. Semakin serius dikelola, bertambah cepat kita bisa berswasembada," tandasnya.

Menurut wakil rakyat yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanaian itu, dukungan swasembada daging dari kebun sawit, bukan baru sebatas wacana atau teori.

"Dukungan swasembada daging dari kebun sawit bukan baru sebatas wacana atau teori. Tapi sudah ke level aksi. Sekarang ini sudah diterapkan model integrasi sapi - sawit (ISS). Keberhasilannya sudah mulai kelihatan," lanjutnya.

Habib Nabiel menambahkan, sejak 2011, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) menerapkan model ISS pada lahan seluas 100.000 ha perkebunan kelapa sawit dengan skema 25 persen inti dan 75 persen plasma.

"Salah satu pelaksananya adalah PTPN VI. Di PTPN ini dikelola 2.000 ternak sapi, 70 persen di antaranya untuk penggemukan dan selebihnya program pembibitan," ungkapnya.

PTPN VI melaporkan telah memetik keuntungan meski baru dua tahun mengembangkan model pengelolaan ISS. Perusahaan bisa mempraktikkan pola siklus biologis dengan mengolah limbah pohon kelapa sawit menjadi pakan dan kotoran ternak menjadi pupuk organik.

"Dengan bantuan lembaga penelitian, limbah perkebunan seperti pelepah dan bungkil kelapa sawit bisa untuk pakan. Penggemukan dengan pakan olahan tersebut bisa menaikkan bobot sapi antara 0,5 - 1,2 kg/hari/ekor," ungkapnya.

"Hasil tersebut akan lebih maksimal apabila dipadukan dengan temuan praktisi penggemukan sapi di Sumatera Barat (Sumbar)," tambah politisi PKS itu.

Ia menerangkan, Dharmansyah, praktisi peternakan sapi di Sijunjung Sumbar menemukan bakteri yang memiliki kemampuan daya urai tinggi. Mampu mengurai makanan hingga 80 persen.

Sementara bakteri biasa yang ada dalam pencernaan hewan ruminansia hanya mampu mengurai makanan maksimal 35 persen.

"Tingginya daya urai bakteri tersebut membuat daya serap ternak ruminansia terhadap makanan menjadi lebih baik, sehingga pertumbuhan bobot badannya jadi lebih cepat.

"Dengan mencampur bakteri tersebut ke dalam makanan sapi, bisa meningkatkan bobot badan ternak mencapai 2,4 kg/hari/ekor. Potensi yang kita miliki sungguh luar biasa. Karena itu jangan pernah pesimis dengan program swasembada daging," demikian Habib Nabiel./e

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014