Dinas Kehutanan Kabupaten Tabalong, mulai mengembangkan tanaman gaharu sebagai salah satu hasil hutan non kayu.

Pejabat teknik pelaksana proyek (PPTK) pengembangan gaharu, Syarif Hidayat, di Tanjung Kamis, mengatakan penanaman gaharu telah dilaksanakan di tiga lokasi yakni Desa Juai Kecamatan Tanjung, Desa Seradang Kecamatan Haruai dan Desa Wayau Kecamatan Tanjung.

"Potensi gaharu di hutan alam Tabalong sebenarnya cukup besar karena itu akan kita lakukan inventarisasi disamping pengembangan melalalui budidayanya,” kata Syarif.

Sedangkan untuk kebutuhan bibit gaharu sendiri tambah Syarif, saat ini masih membeli dari luar daerah karena persemaian Tabalong belum mampu membuat benih gaharu.

Sebenarnya, tambah dia,  sejak 2007  sudah dilakukan uji coba penanaman gaharu di Desa Seradang Kecamatan Haruai seluas 1 hektar, namun belum bisa melakukan pembenihan sendiri sehingga harus beli dari luar Tabalong.

Selain mengembangkan tanaman gaharu, Dinas Kehutanan juga melakukan uji coba penyuntikan inokulan yang mengandung jamur fusarium untuk merangsang produksi gubal atau resin.
Jamur fusarium sendiri merupakan bantuan dari Litbang Kehutanan Bogor yang diberikan ke Dinas Kehutanan Tabalong.

Sebelumnya kita mengajak petani Desa Juai dan Seradang melakukan pelatihan budidaya gaharu ke Litbang Bogor dan kita juga mendapatkan bantuan inokulen untuk membantu produksi resin,” jelasnya.

Biasanya gaharu akan bisa memproduksi resin di atas umur 7 tahun dengan diameter sekitar 20 sentimeter dan saat ini harga resinya mencapai Rp5 juta per kilogeram bahkan lebih tergantung kualitas yang dihasilkan.(mia/B)

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011