Kasus penderita penyakit kusta di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sejak periode 2018-2019 mengalami penurununan mencapai 75 persen.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Andi Abdurrahman Noor, Syaifullah Saleh,Sp.PD melalui Kepala Tata Usaha, Saleh di Batulicin, Jum'at mengatakan, total kasus pasien yang ditangani oleh RSUD periode 2018 mencapai 42 kasus. "Sedangkan pada periode 2019 mengalami penurunan sebanyak 32 kasus menjadi 11 kasus," ujarnya Saleh.
Dengan ditemukannya puluhan kasus selama dua tahun tersebut pihak rumah sakit terus berusaha malakukan penekanan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara langsung mengenai bahaya penyakit tersebut.
Salah satu dokter yang melakukan penyuluhan terkait bahaya penyakit kusta, dr. Putri Sri Rizky menjelaskan, penyakit kusta merupakan penyakit menular yang kompleks yang disebabkan karena masalah yang timbul tidak hanya dari segi medis, melainkan meluas hingga ke masalah sosial, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
"Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, bahkan oleh petugas kesehatan sendiri," katanya.
Hal tersebut disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengertian masyarakat terhadap kusta itu sendiri, apalagi ditambah dengan kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkan.
Pengendalian kusta yang efektif dan terintegrasi lanjut dia, antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan melalui pemeriksaan atau deteksi dini, pengobatan maupun perawatan sehingga angka cacat dapat dikurangi.
"Melalui program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh, diharapkan penemuan dan penanganan kasus baru di tahun ini akan lebih efektif," katanya.
Selain itu, diharapkan, para penderita maupun masyarakat agar lebih terbuka memberikan informasi kepada pihak medis
Seperti dinas kesehatan atau rumah sakit dan puskesmas jika menemui ataupun mengalami kasus ini, dan segera melakukan konsultasi bahkan menjalani perawatan.
"Yang paling penting adalah warga harus selalu melaksanakan pola hidup bersih mengingat salah satu pemicu penyakit yang disebabkan "Mycobacterium leprae" ini akibat lingkungan yang kotor," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Andi Abdurrahman Noor, Syaifullah Saleh,Sp.PD melalui Kepala Tata Usaha, Saleh di Batulicin, Jum'at mengatakan, total kasus pasien yang ditangani oleh RSUD periode 2018 mencapai 42 kasus. "Sedangkan pada periode 2019 mengalami penurunan sebanyak 32 kasus menjadi 11 kasus," ujarnya Saleh.
Dengan ditemukannya puluhan kasus selama dua tahun tersebut pihak rumah sakit terus berusaha malakukan penekanan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara langsung mengenai bahaya penyakit tersebut.
Salah satu dokter yang melakukan penyuluhan terkait bahaya penyakit kusta, dr. Putri Sri Rizky menjelaskan, penyakit kusta merupakan penyakit menular yang kompleks yang disebabkan karena masalah yang timbul tidak hanya dari segi medis, melainkan meluas hingga ke masalah sosial, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
"Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, bahkan oleh petugas kesehatan sendiri," katanya.
Hal tersebut disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengertian masyarakat terhadap kusta itu sendiri, apalagi ditambah dengan kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkan.
Pengendalian kusta yang efektif dan terintegrasi lanjut dia, antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan melalui pemeriksaan atau deteksi dini, pengobatan maupun perawatan sehingga angka cacat dapat dikurangi.
"Melalui program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh, diharapkan penemuan dan penanganan kasus baru di tahun ini akan lebih efektif," katanya.
Selain itu, diharapkan, para penderita maupun masyarakat agar lebih terbuka memberikan informasi kepada pihak medis
Seperti dinas kesehatan atau rumah sakit dan puskesmas jika menemui ataupun mengalami kasus ini, dan segera melakukan konsultasi bahkan menjalani perawatan.
"Yang paling penting adalah warga harus selalu melaksanakan pola hidup bersih mengingat salah satu pemicu penyakit yang disebabkan "Mycobacterium leprae" ini akibat lingkungan yang kotor," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020