Penampilannya yang menggunakan kursi roda di antara 17 orang pegiat sosial yang menerima tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial pada puncak Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2019 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (20/12), tentu membuat Irma Suryati terlihat berbeda.

Tepuk tangan meriah dari peserta dan undangan para delegasi HKSN yang hadir pun langsung membahana ketika nama Irma disebutkan pembaca acara untuk menerima penghargaan yang diserahkan oleh Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin.

Irma Suryati memang telah menjadi sosok inspiratif kaum difabel  penerima Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo. Keberhasilannya dalam pemberdayaan penyandang disabilitas selama kurun waktu 17 tahun terakhir mendapat apresiasi tinggi dari sang kepala negara di republik ini.

Di bawah bendera usaha bernama "Mutiara Handycraft", Irma kini telah merangkul 3.000 difabel dan 31.000 orang-orang di luar itu alias masyarakat pada umumnya untuk menjadi mitranya berbisnis untuk sukses bersama.

"Jadi sistem kerja kita seperti klaster. Teman-teman mengerjakan di rumah masing-masing, setelah jadi dikumpulkan ke rumah saya untuk dijual dan diekspor ke luar negeri," kata Irma kepada ANTARA di Banjarbaru.

Irma membangun usaha di rumahnya Jalan Karangbolong Km 7 Desa Karangsari, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah sejak tahun 2002.

Berbagai produk kerajinan tangan diciptakan. Namun mayoritas keset yang sudah terjual ke berbagai daerah di tanah air hingga diekspor ke luar negeri salah satunya Australia.

Sejak pertama berdiri sampai saat ini, Irma masih mengutamakan kemitraan dengan para difabel sejalan dengan visinya bergerak maju bersama menuju perubahan mengembangkan potensi disabilitas.

"Prinsipnya pemberdayaan masyarakat secara luas. Selain difabel, kami juga terbuka untuk siapa pun yang mau bergabung diberikan keterampilan dan sekaligus cara pemasarannya. Banyak muda-mudi, anak jalanan, PSK, waria hingga eks TKI juga ikut menjadi mitra Mutiara Handycraft," tuturnya.

Sebagai wujud membantu sesama, Irma pun selalu menyisihkan 20 persen dari setiap keuntungan yang didapat untuk kegiatan sosial khususnya kaum disabilitas serta anak yatim piatu.
Semangat Irma yang awalnya hanya ingin memberikan solusi untuk mengatasi pengangguran di Kabupaten Kebumen dan Jawa Tengah, namun kenyataannya usaha terus berkembang hingga orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia banyak menjadi mitranya.

Wanita berhijab ini harus menggunakan alat bantu berjalan sejak di usia 5 tahun divonis mengidap penyakit polio hingga menyebabkannya mengalami kelumpuhan seumur hidup.

Namun, keterbatasan fisik ternyata tak lantas membuatnya menyerah pada keadaan. Irma terus berjuang tanpa kenal lelah untuk bisa hidup lebih baik dan pastinya mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain.

Kerap ditolak ketika melamar pekerjaan, namun pada akhirnya Irma justru dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

Atas semua dedikasi dan kontribusinya selama ini, Irma pun banyak diganjar penghargaan dari berbagai pihak mulai tingkat kabupaten hingga nasional, bahkan internasional.

Puncaknya, dia menerima tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial tahun ini yang piagamnya ditandatangani langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Namun bagi Irma, mendapatkan sebuah penghargaan bukanlah akhir dari sebuah perjuangannya. Tetapi menjadi awal bagaimana dia terus  depan memberikan manfaat bagi teman-teman disabilitas.

"Saya sangat bangga dan senang sekali dilibatkan dalam HKSN tahun ini sebagai disabilitas. Alhamdulilah perhatian pemerintah dalam 10 tahun terakhir dengan kami kaum berkebutuhan khusus sangat bagus. Kami merasa sudah disetarakan haknya dengan yang lain," ucapnya.

Irma pun tak lelah meyakinkan teman-temannya yang memiliki kekurangan fisik seperti dirinya agar terus berjuang membuktikan diri meraih prestasi.

"Raihlah impianmu dengan usaha, doa dan cara yang benar Insya Allah berhasil," pungkasnya.  

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019