Harga emas naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor tetap ragu tentang kesepakatan perdagangan Amerika Serikat-China, sementara tergelincirnya aset-aset berisiko dan pelemahan dolar AS lebih lanjut mendukung kenaikan harga logam mulia.

Emas berjangka paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange menguat 10,10 dolar AS atau 0,69 persen, menjadi ditutup pada 1.473,40 dolar AS per ounce. Sementara harga emas di pasar spot naik 0,70 persen menjadi 1.472,66 dolar AS per ounce pada pukul 02.05 sore waktu setempat (19.05 GMT).

"Ada beberapa kekhawatiran tentang perjanjian 'fase satu' karena tampaknya ada beberapa poin penting dalam produk pertanian. Akibatnya, kami melihat gelombang pembelian baru (dalam emas)," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Negosiasi perdagangan telah terganjal pembelian produk pertanian, dengan China tidak menginginkan kesepakatan yang terlihat sepihak mendukung Amerika Serikat, Wall Street Journal melaporkan pada Rabu (13/11/2019).

Baca juga: Emas melemah akibat kenaikan ekuitas dan penguatan dolar AS

Para ekonom yang disurvei oleh Reuters mengatakan Amerika Serikat dan China tidak mungkin mencapai gencatan senjata permanen selama tahun mendatang, dan sementara kekhawatiran atas resesi AS telah mereda, sebuah rebound ekonomi juga tidak diperkirakan dalam waktu dekat.

"Dolar sedikit melemah terhadap mata uang utama bersama dengan pasar ekuitas yang turun dari tertinggi baru-baru ini, keduanya adalah faktor tambahan, mengapa emas dan perak lebih tinggi," tambah Meger.

Ekuitas di seluruh dunia, imbal hasil surat utang pemerintah, dan dolar AS jatuh karena bermacam - macam data ekonomi yang lemah dari seluruh dunia, yang menambah kekhawatiran terkait perlambatan dalam ekonomi global.

Baca juga: Emas berjangka turun tipis

Pertumbuhan output pabrik China melambat lebih dari yang diharapkan pada Oktober, dan ekonomi Jepang hampir terhenti di kuartal ketiga sebagai akibat dari perang dagang dan permintaan global yang lebih lemah, sementara Jerman sedikit menghindari tergelincir ke dalam resesi di kuartal ketiga.

"Emas akan berada dalam permintaan yang lebih besar setidaknya dalam jangka pendek, karena negosiasi perjanjian parsial dalam perselisihan perdagangan antara AS dan China tampaknya macet," analis Commerzbank, Daniel Briesemann mengatakan dalam sebuah catatan.

Perang perdagangan dan bank sentral global yang dovish telah mendorong harga emas lebih dari 14 persen lebih tinggi sepanjang tahun ini.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu (13/11/2019) mengatakan bahwa dampak dari tiga penurunan suku bunga tahun ini masih akan sepenuhnya terasa dan tidak ada pemotongan lebih lanjut akan terjadi kecuali ada perubahan "material" dalam prospek ekonomi.

Investor telah membaca itu berarti suku bunga, yang mana emas sangat sensitif terhadapnya, dapat bertahan sampai akhir tahun nanti.

Di antara logam mulia lainnya, paladium naik 1,6 persen menjadi 1.736,69 dolar AS per ounce, perak naik 0,6 persen menjadi 17,05 dolar AS per ounce, sedangkan platinum naik 0,9 persen menjadi 881,34 dolar AS per ounce.



 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019