Aliran warga luar Papua yang mengungsi dari Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, setelah kerusuhan 23 September 2019 belum berhenti pada Sabtu siang, ketika 40 pengungsi yang terdiri atas 38 orang dewasa dan dua anak tiba di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.
Setelah tiba di Posko Markas Komando Pangkalan Udara Timika, para pengungsi dari Wamena langsung diarahkan ke paguyuban masing-masing.
Sebanyak 24 pengungsi warga Toraja dibawa ke Gedung Tongkonan di Jalan Sam Ratulangi Timika dan enam warga Jawa dibawa ke Sekretariat Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Mimika. Sisanya dijemput oleh keluarga atau kerabat mereka.
Sekretaris Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Mimika Marthen Samma' mengatakan selain menerima pengungsi dari Wamena, IKT Mimika juga menerima 36 orang pengungsi dari Ilaga, Kabupaten Puncak.
"Untuk sementara ini kami menampung mereka di Sekretariat Persekutuan Pemuda Toraja Mimika (PPTM) di kompleks Gedung Tongkonan Jalan Sam Ratulangi Timika. Namun kalau ada keluarga atau kerabat yang menjemput kami persilakan untuk dibawa ke keluarga masing-masing, apalagi kalau ada balita," kata Marthen.
Marthen mengatakan bahwa hingga kini IKT Mimika telah memberangkatkan 65 pengungsi kembali ke Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, menggunakan penerbangan pesawat Hercules TNI Angkatan Udara.
"Pertama kali kami berangkatkan 20 orang, lalu kemudian menyusul 25 orang. Terakhir kemarin kami berangkatkan lagi 20 orang. Para pengungsi ini semuanya ingin pulang ke kampung," katanya.
Penasihat IKT Mimika Pendeta Yunus Lambe mengatakan keluarga Toraja Mimika siap menampung sementara warga yang mengungsi dari Wamena maupun Ilaga.
"Kalaupun beberapa hari ke depan masih ada pengungsi dari Wamena maupun Ilaga yang tidak punya keluarga di Timika, tetap kami siap menampung mereka untuk sementara waktu," kata Pendeta Yunus.
"Pengungsi yang datang akan kami data, mereka tinggal di mana. Itu semua untuk memudahkan koordinasi, sebab jadwal penerbangan pesawat Hercules tidak menentu, sewaktu-waktu kalau ada penerbangan maka mereka harus sudah siap," ia melanjutkan.
Para pengungsi yang ingin pulang ke kampung halaman bisa menggunakan bantuan layanan penerbangan TNI Angkatan Udara untuk pengungsi.
Demonstrasi berujung kerusuhan di Wamena pada 23 September 2019 menyebabkan lebih dari 30 orang meninggal dunia dan mengakibatkan kerusakan banyak bangunan rumah, toko, kantor, dan fasilitas umum. Peristiwa itu juga mendorong ribuan orang mengungsi dari Wamena.
Sementara arus pengungsian dari Ilaga dipicu oleh kasus penembakan terhadap dua tukang ojek dan seorang penjaga kios.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Setelah tiba di Posko Markas Komando Pangkalan Udara Timika, para pengungsi dari Wamena langsung diarahkan ke paguyuban masing-masing.
Sebanyak 24 pengungsi warga Toraja dibawa ke Gedung Tongkonan di Jalan Sam Ratulangi Timika dan enam warga Jawa dibawa ke Sekretariat Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Mimika. Sisanya dijemput oleh keluarga atau kerabat mereka.
Sekretaris Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Mimika Marthen Samma' mengatakan selain menerima pengungsi dari Wamena, IKT Mimika juga menerima 36 orang pengungsi dari Ilaga, Kabupaten Puncak.
"Untuk sementara ini kami menampung mereka di Sekretariat Persekutuan Pemuda Toraja Mimika (PPTM) di kompleks Gedung Tongkonan Jalan Sam Ratulangi Timika. Namun kalau ada keluarga atau kerabat yang menjemput kami persilakan untuk dibawa ke keluarga masing-masing, apalagi kalau ada balita," kata Marthen.
Marthen mengatakan bahwa hingga kini IKT Mimika telah memberangkatkan 65 pengungsi kembali ke Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, menggunakan penerbangan pesawat Hercules TNI Angkatan Udara.
"Pertama kali kami berangkatkan 20 orang, lalu kemudian menyusul 25 orang. Terakhir kemarin kami berangkatkan lagi 20 orang. Para pengungsi ini semuanya ingin pulang ke kampung," katanya.
Penasihat IKT Mimika Pendeta Yunus Lambe mengatakan keluarga Toraja Mimika siap menampung sementara warga yang mengungsi dari Wamena maupun Ilaga.
"Kalaupun beberapa hari ke depan masih ada pengungsi dari Wamena maupun Ilaga yang tidak punya keluarga di Timika, tetap kami siap menampung mereka untuk sementara waktu," kata Pendeta Yunus.
"Pengungsi yang datang akan kami data, mereka tinggal di mana. Itu semua untuk memudahkan koordinasi, sebab jadwal penerbangan pesawat Hercules tidak menentu, sewaktu-waktu kalau ada penerbangan maka mereka harus sudah siap," ia melanjutkan.
Para pengungsi yang ingin pulang ke kampung halaman bisa menggunakan bantuan layanan penerbangan TNI Angkatan Udara untuk pengungsi.
Demonstrasi berujung kerusuhan di Wamena pada 23 September 2019 menyebabkan lebih dari 30 orang meninggal dunia dan mengakibatkan kerusakan banyak bangunan rumah, toko, kantor, dan fasilitas umum. Peristiwa itu juga mendorong ribuan orang mengungsi dari Wamena.
Sementara arus pengungsian dari Ilaga dipicu oleh kasus penembakan terhadap dua tukang ojek dan seorang penjaga kios.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019