Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan Irjen Mas Guntur Laupe menegaskan penyelamatan korban penganiayaan menjadi prioritas utama darinya dan memastikan semua korban mendapatkan perawatan intensif.

"Unjuk rasa besar-besaran yang terjadi sepekan terakhir ini memang di luar kendali karena terjadi bentrokan, tetapi yang utama adalah memastikan korban penganiayaan mendapatkan perawatan," ujar Irjen Mas Guntur Laupe saat berkunjung ke Kantor LKBN ANTARA Biro Sulsel, di Makassar, Sabtu.

Kapolda didampingi Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani dan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kombes Farid Padang selama hampir sepekan ini mengaku terus berkeliling ke rumah sakit dan kantor media massa untuk menyampaikan ucapan keprihatinan atas kejadian tersebut.

Irjen Mas Guntur setelah mengetahui terjadi bentrokan antara mahasiswa dan anggotanya termasuk beberapa wartawan yang menjadi korban penganiayaan, dirinya lantas meminta maaf dan menyesalkan insiden tersebut.

"Kami memohon maaf atas kejadian itu dan kami menyesalkannya. Setelah kejadian, saya perintahkan anggota untuk memberikan pengobatan terhadap korban yang mendapat luka-luka dari bentrokan itu," katanya pula.


Dia menyatakan dalam bentrokan antara polisi dan mahasiswa, beberapa anggotanya juga ada yang menjadi korban pelemparan, dan dirinya sudah memerintahkan kepada Kepala RS Bhayangkara untuk memberikan perawatan intensif kepada setiap korbannya.

Khusus untuk korban yang berasal dari kalangan wartawan, dirinya mendatangi kantor medianya masing-masing untuk bertatap muka dan memberikan bantuan pengobatan di RS Bhayangkara.

"Semua biaya akan kami tanggung. RS Bhayangkara saat ini sudah sangat lengkap dan kami siap menerima korban-korban itu untuk dirawat di rumah sakit ini," ujarnya lagi.

Sebelumnya, wartawan Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA (LKBN) ANTARA Muh Darwin Fathir menjadi salah seorang korban kekerasan dari aparat keamanan saat meliput demo mahasiswa di Makassar.

Menurut salah seorang wartawan, Ishak dari Makassar Today yang turut meliput bersama Darwin di sekitar Kantor DPRD Sulsel, Selasa (24/9), aksi pemukulan Darwin tidak dilihat karena dia juga sempat kena pukul aparat yang memukul mundur mahasiswa dari depan Gedung DPRD Sulsel.

Tak lama berselang, baru terlihat dari lorong samping show room NV Hadji Kalla yang berada di dekat flyover, diseret beberapa petugas kepolisian.

Kondisi kepalanya berdarah dan di bagian perutnya terlihat bekas sepatu laras. Baju yang dikenakan berwarna putih motif juga terlihat jelas bekas tapak sepatu laras.

Selain Darwin yang mendapat perlakuan represif dari aparat kepolisian, wartawan Ini Kata, Ipul juga mendapat perlakuan kekerasan. Sementara mahasiswa yang berdemo juga banyak yang mengalami luka-luka setelah bentrok dengan aparat keamanan.

Wartawan dan mahasiswa yang luka-luka dilarikan ke rumah sakit terdekat, yakni RS Awal Bros. Lobi rumah sakit juga dimanfaatkan untuk menampung mahasiswa yang luka-luka dengan menggunakan tandu seadanya, karena ruangan UGD sudah penuh dengan pasien.

Pewarta: Muh. Hasanuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019