Perusahaan rintisan bidang kuliner Goola, yang memproduksi kreasi minuman tradisional Indonesia, mendapat pendanaan perdana dari modal ventura Alpha JWC Ventures senilai 5 juta dolar Amerika Serikat, atau setara dengan Rp71 miliar.
"Kami melihat potensi besar dan kesuksesan awal Goola. Dengan pengalaman dan keahlian kami, kami yakin Alpha JWC Ventures akan menjadi rekan yang tepat bagi misi besar dan rencana ekspansi Goola," kata Managing Partner Alpha JWC Ventures, Jefrey Joe, dalam keterangan resmi yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Goola didirikan oleh Kevin Susanto dan Gibran Rakabuming, putra pertama Presiden Joko Widodo, pada 2018 dengan semangat minuman tradisional yang dikemas dengan cara kekinian dan dapat dinikmati di mana saja.
Goola mengemas minuman tradisional yang manis tanpa meninggalkan ciri khas "jadul", misalnya menggunakan pacar cina untuk menggantikan bubble tea dan santan sebagai ganti cheese foam.
Baca juga: Banjarbaru Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM
"Jika minuman manis dari negara lain bisa populer, mengapa minuman lokal kita tidak bisa? Produk kami telah diterima baik oleh pelanggan. Goola tidak hanya mengikuti tren konsumsi minuman manis yang sedang naik daun. Banyak (konsumen) yang bilang, minuman kami membawa kembali kenangan masa kecil mereka dan mengingatkan kembali pada tradisi yang sudah lama terlupa," kata Gibran.
Goola hadir dengan minuman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, seperti es doger, es kacang hijau, dan es Goola aren.
Goola tidak gentar meskipun tren kuliner saat ini dikuasai oleh bubble tea dan es kopi. Sejak mendirikan gerai pertama pada 17 Agustus 2018, Goola sudah memiliki lima gerai di Jakarta.
Baca juga: Pengecangan kuliner tradisonal mewah dari Lampung
Kevin dan Gibran menargetkan pembukaan 15 gerai lainnya di Indonesia pada 2019 dan mencapai 100 gerai pada 2020. Berbekal dana investasi Rp71 miliar itu, Goola juga ingin berekspansi ke negara-negara lain Asia Tenggara pada 2019.
Namun, Goola tidak berencana menjadikan bisnis mereka sebagai waralaba (franchise) meskipun ingin menambah jumlah gerai. Salah satu alasan penolakan pembukaan waralaba adalah demi menjaga kualitas produk.
Baca juga: Pesona Busana Tradisional Indonesia memikat Diplomat di Swedia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Kami melihat potensi besar dan kesuksesan awal Goola. Dengan pengalaman dan keahlian kami, kami yakin Alpha JWC Ventures akan menjadi rekan yang tepat bagi misi besar dan rencana ekspansi Goola," kata Managing Partner Alpha JWC Ventures, Jefrey Joe, dalam keterangan resmi yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Goola didirikan oleh Kevin Susanto dan Gibran Rakabuming, putra pertama Presiden Joko Widodo, pada 2018 dengan semangat minuman tradisional yang dikemas dengan cara kekinian dan dapat dinikmati di mana saja.
Goola mengemas minuman tradisional yang manis tanpa meninggalkan ciri khas "jadul", misalnya menggunakan pacar cina untuk menggantikan bubble tea dan santan sebagai ganti cheese foam.
Baca juga: Banjarbaru Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM
"Jika minuman manis dari negara lain bisa populer, mengapa minuman lokal kita tidak bisa? Produk kami telah diterima baik oleh pelanggan. Goola tidak hanya mengikuti tren konsumsi minuman manis yang sedang naik daun. Banyak (konsumen) yang bilang, minuman kami membawa kembali kenangan masa kecil mereka dan mengingatkan kembali pada tradisi yang sudah lama terlupa," kata Gibran.
Goola hadir dengan minuman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, seperti es doger, es kacang hijau, dan es Goola aren.
Goola tidak gentar meskipun tren kuliner saat ini dikuasai oleh bubble tea dan es kopi. Sejak mendirikan gerai pertama pada 17 Agustus 2018, Goola sudah memiliki lima gerai di Jakarta.
Baca juga: Pengecangan kuliner tradisonal mewah dari Lampung
Kevin dan Gibran menargetkan pembukaan 15 gerai lainnya di Indonesia pada 2019 dan mencapai 100 gerai pada 2020. Berbekal dana investasi Rp71 miliar itu, Goola juga ingin berekspansi ke negara-negara lain Asia Tenggara pada 2019.
Namun, Goola tidak berencana menjadikan bisnis mereka sebagai waralaba (franchise) meskipun ingin menambah jumlah gerai. Salah satu alasan penolakan pembukaan waralaba adalah demi menjaga kualitas produk.
Baca juga: Pesona Busana Tradisional Indonesia memikat Diplomat di Swedia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019