Kepedulian masyarakat Kecamatan Danau Panggang dan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara terhadap pendidikan cukup tinggi, masyarakat rela menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membiayai operasional sekolah di daerah rawa tersebut.

Pengelola Madrasah Ibtidaiyah Tsamaratul Janiyah Desa Pandamaan Kecamatan Danau Panggang M Zaini HB di Danau Panggang, Senin (31/1) mengatakan, sejak didirikan pada 57 tahun lalu, operasional sekolah hanya mengandalkan dari bapintaan (sumbangan) dari masyarakat.

Dalam beberapa kesempatan, kata Zaini, sekolah yang terletak di tengah Danau tersebut menyelenggarakan berbagai macam kegiatan keagamaan, seperti pengajian, majelis taklim dan kegiatan keagamaan lainnya.

Dari kegiatan tersebut, kata dia, panitia mengedarkan kotak sumbangan yang hasilnya untuk membiayai berlangsungnya pendidikan di sekolah tersebut.

"Kita tidak memungut biaya pendidikan sama sekali, bahkan seluruh keperluan siswa seperti seragam sekolah juga kita berikan secara cuma-cuma," katanya.

Hal tersebut dilakukan, kata dia, selain untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak, juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia warga daerah rawa yang rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan.

"Rata-rata pendapatan sebagian warga hanya cukup untuk makan, sehingga untuk keperluan pendidikan terabaikan," katanya.

Seiring berjalannya waktu, pengelola sekolah berpikir bahwa operasional sekolah dengan murid tidak kurang dari 141 siswa tersebut, tidak memungkinkan lagi bila hanya mengandalkan dari "bapintaan".

Maka dari itu, sejak beberapa tahun terakhir, pengelola mencoba membuka peluang usaha penggilingan padi, yaitu pengelola membeli padi ke berbagai daerah seperti ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dan dari masyarakat sekitar.

Kemudian padi tersebut digiling menjadi beras dan dijual hingga Ke Kalimantan Tengah dan beberapa daerah lainnya.

Keuntungan dari usaha tersebut dimanfaatkan untuk biaya operasional sekolah termasuk untuk membayar gaji guru.

"Karena kita belum memiliki penggilingan padi sendiri, selama beberapa tahun kita menggunakan jasa penggilingan padi milik orang lain, sehingga keuntungannya tidak terlalu besar," katanya.

Dari hasil musyawarah dengan masyarakat, kata dia, akhirnya disepakati untuk membangun penggilingan padi sendiri dengan total biaya sekitar Rp125 juta.

Awalnya, kata dia, tidak terbayangkan dari mana biaya sebesar itu bisa didapat, namun dari hasil iuran masyarakat yang disisihkan dari pendapatannya terkumpul Rp60 juta.

"Mencukupkan Rp125 juta, akhirnya kita mencoba meminta kepada PT Adaro Indonesia dan mendapatkan Rp50 juta. Hasilnya bisa berdiri bangunan penggilingan padi yang cukup representatif," katanya.

Untuk menutupi kekurangan peralatan secara bertahap akan diambilkan dari keuntungan penggilingan padi bila sudah bisa dioperasionalkan. "Syukur-syukur bisa ditambah oleh PT Adaro," katanya.

Hasil dari penggilingan padi, kata Zainal yang didampingi seluruh pengelola sekolah dan perusahaan penggilingan padi tersebut, cukup besar dan diyakini mampu membiayai sebagian besar operasional sekolah.

"Pendapatan dari dedak atau limbah penggilingan padi saja bisa mencapai Rp4 juta per bulan, belum dari jasa penggilingan dan keuntungan penjualan beras," katanya.

Disinggung tentang perhatian pemerintah, kata dia, sejak adanya program biaya operasional sekolah (BOS) sekolah juga mendapatkannya, namun jumlahnya masih jauh dari mencukupi.

Beberapa sekolah yang di daerah terpencil di Kecamatan Danau Panggang juga didirikan dari swadaya masyarakat.

"Syukur saat ini bantuan dari PT Adaro Indonesia ke seluruh sekolah terus mengalir, sehingga sekolah-sekolah yang dahulu kondisi memprihatinkan kini sudah terbangun dengan cukup bagus," kata Kepala Sekolah Ibnu Amin di Desa Sapal Kecamatan Paminggir Sufyan.

Selain itu, daerah yang belum memiliki sekolah namun minat anak-anak untuk melanjutkan pendidikan tinggi, perusahaan juga membangunkan sekolahnya dan operasionalnya ditanggung masyarakat.

Humas PT Adaro Indonesia Ismail mengatakan, program CSR PT Adaro kini tertumpu pada empat program yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan dan sosial kemasyarakatan.

Kecamatan Danau Panggang dan Paminggir dipilih sebagai salah satu daerah binaan PT Adaro karena selama ini masih minim dari sentuhan bantuan pemerintah, karena lokasi yang cukup jauh dari daerah lain.

Menuju daerah dua kecamatan tersebut, hanya bisa ditempuh dengan transportasi air dengan waktu hingga berjam-jam.

Selain itu, kehidupan masyarakat yang hanya mengandalkan sektor perikanan dan peternakan membuat rata-rata penduduk daerah tersebut berada di bawah garis kemiskinan.

"Makanya di daerah ini, selain puluhan tempat ibadah dan puluhan sekolah, kita juga mendirikan lembaga pembiayaan," katanya.   
(B*C)

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011