Bupati Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan H.Abdul Wahid HK bersilaturahim sekaligus buka puasa bersama dengan pengurus yayasan, tenaga pendidik dan santri- santriwati Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai.

Hadir pada acara buka puasa bersama ini Ketua Yayasan Rakha Amuntai DR KH Husin Nafarin, Ketua Komisi II DPRD Kalsel Suwardi Suarlan. tokoh ulama yang juga pendidik di Ponpes Rakha KH Saberan Effendi, KH Saukani dan pejabat Pemda HSU.

Ketua I bidang Pendidikan Ponpes Rakha DR Hasib Salim di Amuntai Selasa mengatakan, pengurus Ponpes Rakha sangat gembira bisa bersilaturrahim dengan Bupati HSU yang tidak lain juga alumni Rakha.

"Dulu saya dengan Pak Bupati sama-sama satu angkatan di Rakha sebelum melanjutkan kuliah ke Banjarmasin, sehingga sekarang kita bisa bersilaturahmi dengan alumni lainnya," ujar Hasib.

Hasib menyampaikan, Ponpes Rakha selama Ramadan melaksanakan program Karantina Tahfiz Qur'an yang pesertanya santri santriwati dari rakha dan masyarakat luar pondok.

Sebanyak 198 santri santriwati ikut dalam kegiatan Karantina Tahfiz terdiri 103 santriwati dan remaja puteri yang kegiatan karantinanya di laksanakan mushula putri Rakha, bahkan ada yang sudah hapal 30 juz.

Sedangkan 95 santri dan remaja putra kegiatannya Karantinanya masih berjalan hingga saat ini.

"Antusias masyarakat sekitar cukup tinggi dengan menitipkan anaknya ikut dalam kegiatan Karantina Tahfiz di Rakha ini," kata Hasib.

Diinformasikan kegiatan lainnya selama Ramadan di Rakha, yakni para santri melaksanakan Tadarus Qur'an selepas Taraweh sebanyak 1 Juz setiap malam. Juga ada kegiatan pengabdian masyarakat bagi santri dan mahasiswa yang tengah libur dengan melaksanakan syiar dan ceramah agama di kampung-kampung.

Fenomena maraknya kegiatan pendidikan Tahfiz di masyarakat ini juga dirasakan oleh Bupati HSU H Abdul Wahid  termasuk di Kota Amuntai dan sekitarnya.

Bahkan menurut Wahid kegiatan Lembaga Tahfiz di Amuntai lebih ramai dan mengasyikan. 

"Saya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan KH Saberan Effendi  yang mempelopori kegiatan Karantina Tahfiz ini hingga ke kecamatan," kata Wahid.

Wahid menambahkan, Tahfiz makin banyak peminatnya apalagi metode Tahfiz semakin memudahkan masyarakat menghapal Al Qur'an. Wahid bersyukur karena saat ini lembaga tahfiz cukup banyak bermunculan di masyarakat.

"Peminatnya juga tidak dibatasi lagi usianya siapa pun bisa belajar Tahfiz " katanya.

Bupati juga menyambut baik usulan Kapolres HSU AKBP Ahmad Arif Sofiyan agar Ponpes Rakha membuka kelas khusus Pendidikan Tahfiz agar pejabat pemerintah daerah yang berkeinginan menghapal Qur'an bisa ikut pendidikan Tahfiz.

Wahid mengakui jika dirinya juga pernah mengecap pendidikan Madrsyah Aliyah di lingkungan Rakha dan lulus pada 1988 sebelum akhirnya melanjutkan kuliah di Banjarmasin.

Pada kesempatan itu diserahkan, bantuan beasiswa kepada santri yang telah hapal Al Qur'an oleh pengasuh Yayasan KH Saberan Effendi.

Pihak Rakha juga mengumumkan dua santrinya yang berprestasi akan diundang Wakil Presiden Yusuf Kalla di Istana Negara karena memenangi lomba essay berbahasa Inggris mengenai Nobel Perdamaian.

Satu santri juga mendapat besiswa untuk melanjutkan kuliah di Kanada.

Ketua pengurus Yayasan Rakha Amuntai KH Husin Nafarin yang pada hari itu langsung datang dari Kota Banjarmasin, dalam tausiyahnya jelang berbuka puasa mengutip pendapat Syekh Abdurrahman Al Kalantani  menyampaikan bahwa Idul fitri adalah potret manusia di akherat nanti.

"Puasa untuk mencapai derajat taqwa, sehingga perayaan Idul Fitri menjadi potret bagaimana kondisi ketaqwaan kita di akherat nanti," katanya.

Husin Nafarin juga menyampaikan mengenai tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah SWT di padang masyar saat yaumil hisab dimana tidak ada naungan saat itu kecuali Naungan Allah SWT.

Pertama, pemimpin (umaro) yang adil, Kedua, pemuda yang tumbuh berkembang dalam ketaatan kepada Allah.
Ketiga, seorang yang terikat hatinya kepada Mesjid.

Selanjutnya, dua orang yang saling mencintai karena Allah. Kelima, seorang yang duduk dalam kesendiriannya kemudian mengalir air matanya karena takut kepada Allah.  Keenam, pemuda yang menolak ajakan mesum wanita cantik dan kaya karena takut kepada Allah. Ketujuh, orang yang menyembunyikan sedekahnya dari pandangan manusia.

 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019