Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona, MA menilai, pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto telah memberi pesan damai ke segala penjuru negeri.

"Pertama bahwa pertemuan Jokowi-Prabowo ini adalah puncak dari hasil lobi-lobi belakang panggung yang tidak kelihatan, yang selama ini terus dilakukan tim Jokowi. Ini tentu mengirim pesan damai ke segala penjuru negeri," kata Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Minggu.

Baca juga: Pertemuan Jokowi-Prabowo dinilai sebagai puncak rekonsiliasi

Baca juga: Amien: Kubu Prabowo lebih terhormat berada di luar pemerintahan

Baca juga: Pertemuan Jokowi-Prabowo bisa jadi momentum satukan bangsa


Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto yang berlangsung pada Sabtu, (13/7) di Jakarta.

Menurut dia, pesan damai ini karena bangsa yang terbelah akibat politik Pemilu Presiden 2019 bisa kembali bersatu.

Karena itu, jika ada yang masih tetap menolak perdamaian ini maka mereka patut dibaca sebagai pihak-pihak yang punya kepentingan berbeda dan tidak murni politik.

Kedua, Joko Widodo dan Prabowo Subianto paham bahwa politik, sekeras apapun itu gesekannya harus berakhir damai, demi kemajuan Indonesia.

Artinya sebagai tokoh bangsa, keduanya paham bahwa politik saat ini harus dibawa ke arah yang beradab, dan tidak menghianati nilai-nlai dasar Pancasila.

Selain bahwa sebagai politisi di zaman modern, spirit dasar politik tidak boleh bertentangan dengan prinsip dasar modernitas yaitu rasionalitas, katanya menambahkan.

"Jadi saya kira, pertemuan tersebut selain menjadi awal rekonsiliasi karena ada ucapan selamat dari Prabowo secara langsung ke Jokowi, tetapi juga mau mengkomunikasikan sesuatu yang lebih subtansial," katanya.

Bahwa politik apapun itu hasilnya, tidak boleh merusak peradaban bangsa ini, tapi justru harus menopang dan menggerakkan kemajuan di segala aspek, baik ekonomi, maupun sosial, budaya, kata.

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019