Adaptasi kekeringan di daerah rawa yang airnya justru surut ini untuk membuat surplus makin besar dan produktivitasnya semakin baik.
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto menyebutkan terjadinya gagal panen atau puso terhadap lahan sawah pada musim kemarau pada tahun 2019 tidak akan mengurangi stok beras nasional.

"Ya sekarang saja kekeringannya kecil, mosok ribut stok beras. Sekarang harga beras murah, masih aman. Ini (pusonya) kecil sekali," kata Gatot usai Rakor Kementan di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Senin.

Kementan mencatat total luas kekeringan pada MK-2019 mencapai 102.746 ha dan 9.358 ha di antaranya mengalami puso. Luasan lahan padi yang mengalami puso ini dinilai relatif kecil karena tidak mencapai 3 persen atau sekitar 450.000 ha dari total luas tanam setahun sekitar 15 juta ha per 2018 lalu.
Baca juga: Kementan sebutkan 100 kabupaten/kota terdampak kekeringan

Seperti diketahui, Kementerian Pertanian mencatat terdapat sekitar 100 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan pada musim kemarau (MK) 2019 yang tersebar di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB dan NTT.

Sementara itu, tercatat pula bahwa Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan wilayah paling luas terdampak kekeringan mencapai 34.006 hektare (ha) dengan puso 5.069 ha.

Gatot menjelaskan mitigasi kekeringan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena Kementan mengembangkan wilayah dengan potensi lahan rawa. Menurut dia, potensi lahan yang masih bisa ditanami padi mencapai 670.000 hektare, di antaranya dengan memanfaatkan lahan rawa.

"Adaptasi kekeringan di daerah rawa yang airnya justru surut ini untuk membuat surplus makin besar dan produktivitasnya semakin baik," katanya.
Baca juga: BPPT imbau masyarakat hemat air saat kemarau

Untuk lahan yang belum terdampak puso namun sudah terjadi kekeringan, lanjutnya, Kementan akan mengantisipasi dengan pengairan lewat pipanisasi, mengoptimalkan sumber air terdekat (sungai, danau, embung), menormalisasi saluran, serta menyediakan sumur pantek.

Pada wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Perum Jasa Tirta (PJT-I dan PJT-II ) diharapkan dapat mengamankan standing crop pertanaman, sekaligus meningkatkan luas tambah tanam.

Kemudian, Kementan juga mengimbau terhadap wilayah-wilayah yang masih diuntungkan dengan curah hujan relatif tinggi, seperti Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan untuk mengakselerasi tanaman menggunakan padi gogo, dan melakukan tumpang sari tanaman jagung dan kedelai.

Baca juga: Petani terdampak puso, bisa ajukan klaim asuransi
Baca juga: Mengatasi kekeringan dengan upaya terstruktur

Baca juga: Kekeringan lebih awal yang perlu diantisipasi
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019